BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga mempunyai daya tarik sangat mengagumkan. Keadaan flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan.
Pengembangan pariwisata Indonesia menggunakan konsep pariwisata budaya yang dirumuskan dalam Undang-Undang Pariwisata Nomor 09 Tahun 1990 yang menyatakan bahwa “kepariwisataan mempunyai peranan penting untuk memperluas dan meratakan kesempatan berusaha untuk membuka lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional, dan memantapkan pembinaannya dalam rangka memperkukuh jati diri bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa”.
Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Sumbangan pariwisata bagi pembangunan nasional, selain menyumbangkan devisa bagi negara, pariwisata juga mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional, yaitu: memperluas lapangan usaha, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa, memperluas wawasan nusantara, mendorong perkembangan daerah, mendorong pelestarian lingkungan hidup, memperluas wawasan nusantara dan menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Dipilihnya pariwisata sebagai salah satu sumber devisa karena pariwisata oleh para ahli ekonomi dianggap sebagai “Industri Tanpa Cerobong Asap”. Namun demikian tidak berarti bahwa pariwisata tidak mendatangkan bahaya yang dapat menimbulkan resiko. Salah satu resiko yang dihadapi oleh industri pariwisata adalah perubahan kebudayaan masyarakat sekitar obyek wisata yang diakibatkan munculnya kebudayaan yang dibawa oleh pendatang atau wisatawan.
Hal ini relevan dengan Kabupaten Sragen yang merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Tengah yang memiliki potensi kepariwisataan, yaitu wisata Pemandian Air Panas Bayanan. Kabupaten Sragen banyak menyimpan potensi wisata alam, di antaranya adalah Waduk Kedung Ombo, Wisata Gunung Kemukus (Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro), Kolam Renang Kartika, Sangiran.
Pemandian air panas Bayanan terletak di kawasan utara lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Jambean, Kecamatan Sambirejo. Jarak dari Kota Sragen ke Bayanan kurang lebih 20 Kilometer, atau sekitar 25 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Menurut cerita rakyat yang berkembang secara turun temurun, sejak jaman dahulu masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tersebut sudah meyakini bahwa air Panas Bayanan mengandung banyak khasiat. Berbagai macam penyakit seperti rematik, gatal-gatal dan penyakit-penyakit lainnya dapat sembuh hanya dengan mandi air panas. Dahulu orang-orang menyebutnya Hyang Tirto Nirmolo, artinya penyembuh penyakit. Ceritera mengenai khasiat Air Panas Bayanan rupanya terus berlanjut hingga kini. Para wisatawan, terutama wisatawan lokal dari hari ke hari semakin banyak yang berminat untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut. Keunikan-keunikan yang dapat ditemui pada pemandian Air Panas Bayanan, yaitu sumber air panas keluar atau muncul di tepi sungai disebelahnya dengan selisih ketinggian 2 meter dan tidak bocor ke sungai. Obyek wisata pemandian air panas Bayanan saat ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas menarik. Selain air panas alam, juga terdapat taman Rekreasi yang indah dan menawan berisi kolam renang dan jenis-jenis mainan anak-anak, Hutan Wisata dengan kelengkapan bersantai dan tempat peristirahatan, Musholla, panggung hiburan, penginapan, kamar bilas dan toillet serta tempat parkir yang sangat luas.
Selama bertahun-tahun Indonesia telah menempatkan pembangunan ekonomi sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Semua aspek kehidupan dirancang hanya untuk memenuhi kepentingan ekonomi, yaitu dengan mengejar pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin tanpa melihat akibat yang muncul terhadap perkembangan pendidikan.
Dalam aspek-aspek lain selain pendidikan, lingkungan dan sosial budayapun juga dikorbankan demi kepentingan ekonomi. Padahal, menurunnya pendidikan sangat berhubungan dengan moral (akhlak) para pengunjung dan juga masyarakat yang bertempat tinggal disekitar lingkungan obyek wisata, misalnya dalam hal perbuatan Asusila di tempat pariwisata maupun di tempat umum yang sekarang dianggap sudah tidak tabu lagi, hal ini diakibatkan karena kurangnya perhatian orang tua, masyarakat, maupun pemerintah terhadap pendidikan agama. Selain berakibat negatif pada aspek lingkungan, sosial, dan akhlak, obyek wisata sekarang juga menjadi obyek yang strategis bagi Pekerja Seks Komersial (WTS). Timbulnya kemaksiatan yang diakibatkan oleh degradasi moral, berdirinya rumah-rumah penginapan dan juga warung remang-remang yang memasang tarif murah mengakibatkan menurunnya akhlak remaja. Sehingga yang dulunya obyek wisata sebagai tempat bermain atau berkunjung bagi anak-anak maupun remaja sekarang preman atau wisatawan yang suka melacur juga ikut andil untuk mendatangi obyek wisata dengan tujuan tertentu.
Tidak bisa dipungkiri bahwa berkembangnya pariwisata disamping memberikan keuntungan juga memberikan kerugian-kerugian. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata harus terencana supaya hubungan antara obyek wisata dengan masyarakat maupun pengunjung dapat memaksimalkan hasil yang positif dan hubungan yang bersifat negatif dapat ditekan seminimal dan sedini mungkin.
Dari pengamatan penulis, apakah aktivitas obyek wisata Pemandian Air Panas Bayanan menumbuhkan sifat positif ataukah mengakibatkan akhlak negatif terhadap remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen?. Dari permasalahan yang ada, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian, dan penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa obyek wisata tidak hanya menguntungkan akan tetapi juga dapat merugikan bagi masyarakat sekitar maupun pengunjung. Untuk menjawab pertanyaan dari permasalahan di atas penulis tidak hanya asal menjawab akan tetapi penulis mempunyai alasan yang dapat memperkuat jawaban dari pertanyaan. Oleh karena itu, untuk mencari jawaban pada permasalahan tersebut penulis perlu melakukan studi penelitian dan penulis mengangkat judul “KORELASI AKTIVITAS OBYEK WISATA PEMANDIAN AIR PANAS BAYANAN TERHADAP AKHLAK REMAJA DI DESA JAMBEYAN KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN”.




B. Rumusan Masalah
Dalam rangka untuk memperjelas maksud dan arah tujuan penelitian sekaligus untuk memperkuat hasil penelitian sangatlah dibutuhkan adanya penegasan masalah.
Atas dasar pokok pikiran yang terkandung dalam latar belakang masalah maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas obyek wisata Pemandian Air Panas Bayanan di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen?
2. Bagaimana akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen?
3. Bagaimana korelasi aktivitas obyek wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen?

C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah sebagaimana yang telah dikemukakan di atas dan agar sasaran yang akan dicapai dalam penelitian ini lebih terarah. Maka perlu menjabarkan tujuan penelitian yang akan dicapai:
1. Untuk mengetahui aktivitas obyek wisata Pemandian Air Panas Bayanan di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
2. Untuk mengetahui akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
3. Untuk mengetahui korelasi aktivitas obyek wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian mengenai Korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan masukan kepada pengelola wisata Pemandian Air Panas Bayanan mengenai Korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja dan juga untuk memperkaya khasanah Pendidikan Agama Islam khususnya pendidikan akhlak bagi remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya mengembangkan kompetensi penulis dan dapat menambah wawasan tentang korelasi aktivitas obyek wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
b. Bagi pembaca, Dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan pengetahuan mengenai korelasi aktivitas obyek wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen dan juga sebagai acuan pada obyek wisata lainnya.
c. Bagi Pemerintah Kabupaten Sragen, diharapkan dapat memberikan kebijakan dalam pengembangan pariwisata sehingga dapat mencegah sesuatu yang bersifat negatif yang akan melanda merosotnya pendidikan, akhlak, maupun budaya masyarakat setempat.
d. Bagi masyarakat Jambeyan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyerap kebudayaan-kebudayaan yang datang dari luar, sehingga dapat mengembangkan pengaruh positif yang diperoleh dan mencegah dampak negatif yang merugikan.

E. Batasan Masalah
Batasan masalah perlu dilakukan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, khususnya waktu, tenaga, kemampuan teoritik yang relevan dengan penelitian, sehingga diharapkan penelitian dapat dilakuan lebih terfokus dan mendalam. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini difokuskan untuk meneliti korelasi aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
2. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan satu set instrument penelitian yang memiliki validitas (keabsahan/berlaku) dan realibitas (kenyataan) yang tinggi dan berdasarkan teori-teori yang relevan dengan variabel-variabel penelitian. Hasil penelitian sangat bergantung sepenuhnya kepada keihlasan para responden untuk menjawab dari angket maupun interview.
3. Sampel penelitian ini terdiri dari masyarakat dan beberapa remaja yang ada di Desa Jambeyan.

F. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengartian atau salah tafsir tentang judul skripsi dan untuk memberikan pengertian yang jelas sesuai dengan judul “KORELASI AKTIVITAS OBYEK WISATA PEMANDIAN AIR PANAS BAYANAN TERHADAP AKHLAK REMAJA DI DESA JAMBEYAN KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN”, maka perlu kiranya penulis menjelaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang dipakai dalam judul skripsi ini, sebagai berikut:





1. Korelasi
Korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat. Dalam penelitian ini, korelasi yang dimaksud adalah adanya hubungan sebab akibat antara Obyek Wisata Permandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
2. Aktivitas Obyek Wisata
a. Aktivitas adalah suatu kegiatan, keaktifan.
b. Obyek adalah suatu yang menunjukkan tempat, benda, tujuan
c. Wisata adalah pelancongan atau hiburan, darmawisata, perjalanan.
Pengertian aktivitas obyek wisata, istilah yang sering digunakan yaitu Segala sesuatu kegiatan yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Aktivitas Obyek Wisata adalah segala sesuatu kegiatan yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.



3. Pemandian Air Panas Bayanan
Pemandian Air Panas Bayanan adalah suatu nama obyek wisata. pemandian air panas yaitu sumber air panas yang keluar atau muncul di tepi sungai, dengan selisih ketinggian 2 meter dan tidak bocor ke sungai yang menurut ceritera banyak kasiatnya termasuk menyembuhkan penyakit kulit.
4. Akhlak Remaja
a. Akhlak
Menurut beberapa ulama berpendapat mengenai pengertian tentang akhlak, sebagai berikut: Menurut Imam Al-Ghazali (1059-1111 M) yang dikenal sebagai Hujjatul Islam (Pembela Islam) karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b. Remaja
Remaja adalah seseorang yang sudah mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Dan kata remaja ini sebutan bagi kalangan laki-laki dan perempuan.
Jadi akhlak remaja dapat diartikan, sifat yang tertanam dalam jiwa remaja yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

G. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi yang berjudul korelasi aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen, maka penulis membuat sistematika pembahasan dengan tujuan mempermudah dalam menyusun skripsi, sebagai berikut:
Bab Pertama, dalam bab ini penulis membahas pendahuluan, yang berisikan: 1). Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, 2). Tujuan Penelitian, 3). Manfaat Penelitian: Manfaat Teoritis, Manfaat Praktis, 4). Batasan Masalah, 5). Definisi Operasional: Korelasi (sebab akibat), Aktivitas Obyek Wisata, Pemandian Air Panas Bayanan, Akhlak Remaja, 6). Sistematika Pembahasan.
Bab Kedua, dalam bab ini penulis membahas kajian pustaka, yang berisikan: 1). Pengertian Pariwisata dan Obyek Wisata: Pariwisata, Obyek Wisata, Manfaat Obyek Pariwisata, Korelasi Negatif Adanya Obyek Wisata, 2). Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak Remaja: Akhlak, Remaja, Akhlak Remaja, 3). Hipotesis Penelitian.
Bab Ketiga, dalam bab ini penulis membahas metode penelitian, yang berisikan: 1). Jenis Penelitian: Data Kualitatif, Data Kuantitatif, 2). Rancangan Penelitian: Variabel Bebas (X), Variabel Terikat (Y), 3). Populasi dan Sampel, 4). Metode Pengumpulan Data: Metode Observasi, Metode Interview (Wawancara), Metode Angket, Metode Dokumentasi, 5). Instrumen Penelitian, 6). Analisis Data.
Bab Keempat, dalam bab ini penulis membahas hasil penelitian, yang berisikan: 1). Gambaran Umum Lokasi Penelitian: Gambaran Umum Desa Jambeyan, Potensi Sumber Daya Manusia, Lokasi Administratif Sambirejo, Kondisi Tani di Sambirejo, Kondisi Pendidikan di Sambirejo, 2). Gambaran Umum Obyek Wisata Yang Penulis Diteliti: Lokasi Administratif Pemandian Air Panas Bayanan, Sarana dan Prasarana Pendukung, Sejarah Obyek Wisata Yang Diteliti. 3). Penyajian Data: Penyajian Data, Analisis Data, dan Pengujian Data.
Bab Kelima, dalam bab ini penulis membahas simpulan dan saran, yang berisikan: simpulan, saran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pariwisata dan Obyek Wisata
Sesuai dengan perkembangan sejarah kepariwisataan itu sendiri, di eropa pada waktu itu tampak bahwa pariwisata lama kelamaan semakin berkembang terus. Hal itu kelihatan lebih jelas setelah perang dunia I berakhir. Untuk menampung berbagai persoalan yang mendesak sebagai akibat perkembangan kepariwisataan yang terjadi, maka dirasakan adanya kebutuhan akan ilmu kepariwisataan.
1. Pariwisata
Kata pariwisata sesungguhnya baru popular di Indonesia setelah diselenggarakan musyawarah nasional tourism ke II di Tretes, jawa timur pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958. Sebelumnya kata pariwisata menggunakan istilah tourisme (Bahasa Belanda) yang sering pula di Indonesiakan menjadi turisme. Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ketempat lain dan dalam bahasa inggris disebut dengan istilah “tour”.
Sedangkan peninjauan secara Etymologis, menurut pengertian ini, kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta, sesungguhnya bukanlah berarti tourisme (Bahasa Belanda) atau tourism (Bahasa Inggris). Kata pariwisata sinonim dengan pengertian tour. Pendapat ini berdasarkan pemikiran sebagai berikut, yaitu kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata pari dan wisata.
a. Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap.
b. Wisata, berarti perjalanan, bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam bahasa Inggris.
Atas dasar itu, maka kata pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau perputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa inggris disebut dengan kata tour, sedangkan untuk pengertian jamak, kata kepariwisataan dapat digunakan kata tourisme atau tourism.
2. Obyek Wisata
Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah obyek wisata seperti yang bisaa dikenal di Indonesia. Untuk pengertian obyek wisata mereka lebih banyak menggunakan istilah tourist attractions, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.
Obyek wisata dalam kamus istilah pariwisata diartikan sebagai perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, sejarah bangsa, keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.
Menurut Musanef menyatakan bahwa obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang di bangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.
3. Manfaat Obyek Wisata
a. Manfaat Obyek Wisata Secara Umum
Dewan Pariwisata Dunia memperkirakan bahwa perjalanan dan pariwisata menyediakan lapangan kerja bagi hampir 220 juta jiwa di seluruh dunia (yang satu di tigabelas pekerja) dan bertanggung jawab selama lebih dari 9% dari dunia investasi modal lebar.
Manfaat yang dapat membawa Pariwisata untuk Masyarakat Pariwisata tersimpan warisan kita yang berupa kebudayaan, dan merupakan salah satu fokus utama untuk regenerasi ekonomi di banyak daerah. Ini membuat kontribusi penting untuk kualitas hidup, mendukung fasilitas dan layanan yang bermanfaat bagi seluruh komunitas.
Pembangunan Pariwisata adalah tentang mengelola dampak pengunjung terhadap perekonomian tujuan lokal, masyarakat dan lingkungan untuk manfaat seluruh pemangku kepentingan baik sekarang dan masa depan. Ini berlaku untuk semua tujuan pariwisata dan bisnis dan untuk semua bentuk pariwisata, apakah niche atau arus utama. Memang, keberlanjutan diperlukan untuk sukses masa depan pariwisata itu sendiri. Secara khusus tujuan pariwisata yang berkelanjutan adalah untuk:
1) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan pedesaan.
2) Pastikan bahwa kualitas tinggi dari pengunjung pengalaman yang tersedia untuk semua orang.
3) Mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas kerja di perusahaan pariwisata pedesaan.
4) Menyebarkan manfaat pariwisata di seluruh masyarakat pedesaan.
Tujuan dari produk pariwisata baik yang berkelanjutan adalah untuk memaksimalkan manfaat ekonomi dari pengunjung dengan tidak ada sebab akibat yang negatif terhadap masyarakat atau lingkungan hidup dan mempertahankan pengunjung lokal daripada mendorong mereka untuk melakukan perjalanan jauh dan luas.
Pariwisata adalah industri yang padat tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja banyak, terutama bagi kaum muda dan paruh waktu dan pekerja purna-waktu. Dalam perhotelan industri pariwisata dan rekreasi saja ada 50 kategori pekerjaan dan sekitar 200 mengelompokkan pekerjaan.
Wisata menciptakan peluang untuk pembentukan produk baru, fasilitas, layanan dan perluasan usaha yang ada yang tidak akan dinyatakan dibenarkan semata-mata pada populasi penduduk.
Pertumbuhan kegiatan baru-baru ini terhadap pengembangan layanan ruang penumpang perjalanan sangat menjanjikan, namun, ada ide luas tetapi salah bahwa ruang pariwisata akan tetap menjadi kegiatan skala kecil yang sangat kaya. Yang benar adalah bahwa, setelah tertunda selama lebih dari tiga dekade oleh kegagalan lembaga ruang pemerintah untuk mengembangkan lebih dari sebagian kecil dari potensi komersial ruang, mulai dari jasa perjalanan ruang yang lama berlalu, dan sehingga mereka mampu tumbuh dengan cepat menjadi industri baru yang besar. Artinya, teknis dan bisnis tahu bagaimana mengaktifkan pariwisata ada ruang untuk tumbuh dengan omset 100 miliar Euro per tahun dalam beberapa dekade jika menerima dukungan publik bahkan 10% dari anggaran lembaga ruang. Perkembangan ini akan mengurangi dengan tajam biaya mengakses sumber daya ruang, yang dapat mencegah penyebaran dari "perang sumber daya" yang telah dimulai begitu menyenangkan. Tidak ada aktivitas karena itu kami menawarkan manfaat ekonomi lebih besar dari perkembangan pesat layanan wisata murah ruang. Berbagai kebijakan pemerintah harus direvisi untuk mencerminkan ini.
b. Manfaat Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan
Pemandian air panas bayanan selain bermanfaat dalam hal perekonomian seperti halnya menambah lapangan pekerjaan juga bermanfaat untuk kesehatan. Dengan adanya pemandian air panas banyak toko maupun warung-warung sebagai hasil perekonomian bagi masyarakat sekitar obyek wisata.
Selain sebagai wisata kesehatan karena khasiat yang dimiliki oleh air panas ini dalam menyembuhkan berbagai penyakit, Pemandian Air Panas Bayanan juga memiliki daya tarik wisata alam (ekowisata). Suasana alam pedesaan yang masih alami dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin melepaskan diri dari kepenatan dan kesibukan untuk sementara waktu dan merindukan ketenangan. Pada saat-saat tertentu, misalnya menjelang Bulan Puasa dan Lebaran, di obyek wisata ini sering diselenggarakan kegiatan seni budaya, misalnya pentas dangdut maupun campursari.
Air panas yang berada di Bayanan ini memiliki keistimewaan yang membedakannya dengan sumber air panas di daerah lain. Keistimewaan tersebut antara lain: Sumber air panas tersebut berasal dari dalam bumi namun tidak bocor atau mengalir ke sungai yang berada tepat dua meter di atasnya. Apabila pengunjung mandi pada pagi, sore, atau malam hari suhu air bertambah panas sehingga keringat banyak keluar. Tetapi sebaliknya, apabila pengunjung mandi pada siang hari suhu air menurun sehingga keringat tidak banyak keluar.
Pemandian Air Panas Bayanan merupakan salah satu daerah tujuan wisata minat khusus yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen, dalam hal ini adalah untuk wisata kesehatan (health tourism) yang dipadukan dengan daya tarik wisata alam atau ekowisata.
Salah cara yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan aktivitas olahraga. Kawasan Bayanan merupakan tempat yang tepat untuk melakukan beberapa aktivitas olahraga, dari olahraga ringan yang menyenangkan misalnya berenang atau berjalan-jalan (trekking) sampai olahraga yang penuh tantangan dan memacu adrenalin misalnya outbound mengingat topografi kawasan Bayanan yang berbukit-bukit sangat cocok untuk olahraga tersebut. Aktivitas outbound telah banyak diadakan di kawasan Bayanan ini baik oleh instansi pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum. Untuk menambah variasi dalam aktivitas outbound, Bayanan juga telah dilengkapi dengan fasilitas flying fox, torch ball, dan elvis bridge. Di samping outbound, aktivitas perkemahan juga sering diadakan di kawasan ini.
Melalui penyelidikan ilmiah diketahui bahwa panasnya air dan zat yang terkandung di dalamnya diduga berasal dari sentuhan magma (panas bumi) yang menyentuh sumber air tanah yang sangat dalam dan sampai terasa di permukaan sebagai sumber air panas. Panasnya air tepat pada sumbernya + 44 0C, dan setelah sampai permukaan di bak kamar mandi menjadi + 36 0C, sesuai dengan suhu badan manusia, sehingga akan terasa enak dan nyaman untuk mandi. Penyelidikan yang dilakukan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunung Apian Yogyakarta menunjukkan adanya banyak unsur atau senyawa kimia yang terkandung dalam Sumber Air Panas Bayanan antara lain belerang (Sulfur) sehingga dapat bermanfaat untuk mengobati penyakit kulit.
4. Korelasi Negatif Adanya Obyek Wisata
Agar dapat membantu bahasan dan pemahaman tentang korelasi negatif pembangunan pariwisata, lingkungan akan didefinisikan sebagai sesuatu yang terdiri dari tiga komponen yang berbeda, yaitu lingkungan alam, binaan dan budaya. Ketiga komponen itu saling terkait dan akan ada korelasi lintas komponen yang dikaitkan dengan pembangunan pariwisata. Konsep holistik mengenai lingkungan ini perlu untuk menyadari seluruh jelajah korelasi potensial yang dapat timbul dari proyek atau kebijaksanaan pembangunan.
1. Lingkungan alam: dapat digambarkan mencakup udara, tanah, cahaya matahari, iklim, flora dan fauna.
2. Lingkungan binaan: mencakup perkotaan, prasarana, ruang terbuka dan unsur bentang kota.
3. Lingkungan budaya: mencakup nilai-nilai, kepercayaan, perilaku atau akhlak, kebiasaan, moral, seni, hukum, dan sejarah masyarakat.
Korelasi pembangunan pariwisata beraneka ragam. Daftar sebagian dari korelasi negatif yang dapat terjadi bagi suatu lingkungan tertentu, disajikan dalam tabel dibawah. Tabel-tebel tersebut hanya menyajikan sebagian daftar saja dari korelasi negatif yang dapat dihasilkan pariwisata terhadap lingkungan, masyarakat dan para remaja. Adapun Macam-macam Aktivitas Obyek Wisata tersebut dapat dilihat pada tabel.

Tabel 1
Korelasi Negatif Potensial Pariwisata Terhadap
Lingkungan Budaya

Komponen Lingkungan Fenomena Korelasi Negatif Aktivitas Obyek Wisata Yang Menimbulkan Korelasi Negatif
Nilai dan kepercayaan Adopsi nilai-nilai dan kepercayaan yang tidak sesuai  Interaksi intensif dengan penduduk setempat
 Gaya hidup hedonis
Tidak mengindahkan nilai-nilai adapt  Tidak menghormati adapt setempat
 Tidak memahami adapt setempat
Moral Pelacuran  Promosi tidak resmi negative
 Wisatawan yang suka melacur
Mabuk  Adopsi kebisaaan minum wisatawan yang buruk
 Mudahnya memperoleh minuman beralkohol
Perilaku Kebarat-baratan  Mengacaubalaukan modernisasi dengan perilaku orang barat
 Gaya hidup barat yang menarik
Mengabaikan perilaku Indonesia  Perilaku orang asing yang menarik
 Perilaku wisatawan yang bebas berbuat apa saja
Seni dan kerajinan Kerusakan bentuk seni adat  Komersialisasi seni
 Bentuk seni adapt asli tidak menarik bagi wisatawan
Kerusakan dan hilangnya benda budaya  Tindakan buruk wisatawan
 Benda budaya tidak dilindungi dengan baik
 Akses tidak terkendali ke benda budaya
 Tidak adanya perawatan
Hukum dan keterlibatan Meningkatnya pelanggaran hukum  Wisatawan menarik penjahat
 Narkotika dan obat bius lainnya
 Wisatawan sebagai kurir gang (kelompok penjahat)
 Tidak memahami sistem legal Indonesia
Sejarah Salah menafsirkan sejarah nasional  Fakta sejarah tidak cermat
 Fakta sejarah diabaikan
 Fakta sejarah dibelokkan

Tabel 2
Korelasi Negatif Potensial Pariwisata Terhadap
Lingkungan Alami.
Komponen Lingkungan Fenomena Korelasi Negatif Aktivitas Obyek Wisata Yang Menimbulkan Korelasi Negatif
Flora dan Fauna Gangguan perkembangbiakan  Pengamatan burung
 Gerak jalan
Hilangnya atau kepunahan binatang  Perburuan liar
 Hewan yang diawetkan dibuat dari bagian tubuh hewan
 Masakan istimewa
 Lingkungan alam yang dipadati pengunjung
Perubahan pola migrasi hewan  Kegiatan pariwisata di jalur lindung
Kerusakan vegetasi  Pembangunan sarana wisata baru
 Kegiatan wisatawan di kawasan lindung
Polusi Polusi air  Limbah cair
 Ceceran (minyak atau zat kimia berbahaya lainnya)
 Pembuangan sampah padat ke saluran air
Polusi udara  Emisi kendaraan
Polusi suara  Terlampau padat
 Kemacetan lalu lintas
 Kehidupan malam yang tidak terkendali
Erosi Pengikisan permukaan tanah  Lalulintas yang terlalu padat
Tanah longsor  Lingkungan binaan yang tidak terkendali
 Penggundulan hutan
Kerusakan kawasan tepi sungai  Wisata berperahu yang tidak terkendali
 Daerah tepi sungai yang terlampau dipadati penghuni/pengunjung
Sumber daya alam Habisnya cadangan air tanah dan air permukaan  Terlalu banyak kawasan terbangun
 Kerusakan sumber air
Tingginya kemungkinan kebakaran  Api yang tidak terkendali
 Wisatawan tidak bertanggung jawab
Korelasi pemandangan Kawasan terbangun yang tampak  Tidak ada perencanaan dan pengendalian (lansekap)
Pemandangan yang kotor  Sampah
 Kebersihan tidak terjaga






Tabel 3
Korelasi Negatif Potensial Pariwisata Terhadap
Lingkungan Terbangun.
Komponen Lingkungan Fenomena Korelasi Negatif Aktivitas Obyek Wisata Yang Menimbulkan Korelasi Negatif
Lingkungan perkotaan Pemanfaatan lahan yang tidak benar  Lokasi pariwisata yang tidak benar
 Pelaksanaan rencana pemanfaatan lahan yang tidak efektif
 Tidak ada perencanaan
Perubahan pola hidrologi  Pembangunan perkotaan yang tidak terkendali
Korelasi pemandangan Perubahan kaki langit kota  Gaya arsitektur baru
 Pertumbuhan daerah terbangun
Perbahan baya hidup di Kota  Perubahan perilaku
 Pertumbuhan demografi
 Perubahan kehidupan ekonomi
Prasarana Prasarana terlalu sarat beban  Kepadatan yang tinggi
 Pembangunan prasarana penunjang kegiatan pariwisata tidak memadai
Pemanfaatan sarana secara tidak benar  Tidak ada manajemen lingkungan perkotaan
Bentuk perkotaan Perubahan pemanfaatan lahan  Pergeseran lokasi pemukiman dan tempat kerja
 Sarana pariwisata yang tidak tepat
Perubahan struktur masyarakat perkotaan  Perubahan pekerjaan dan kebisaaan masyarakat
 Perubahan pola interaksi social
Tempat bersejarah Kerusakan bangunan bersejarah  Banganan tidak terpelihara
 Bangunan yang terlalu banyak dipajang (diekspos)
 Pemeliharaan yang tidak memadai
Penggunaan bangunan bersejarah secara tidak benar  Tidak adanya ruang kerja di daerah tersebut
 Bantuan (konflik) kepentingan
 Komersialisasi yang mengabaikan nilai sejarah dan budaya
Pemugaran bangunan bersejarah secara tidak benar  Penerapan gaya arsitektur yang tidak sesuai
 Tidak adanya pemahaman akan unsur budaya
 Terlalu dikomersialkan

B. Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak Remaja
1. Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watidak dasar), al-‘adat (kebisaaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaq sebagaimana tersebut di atas tampaknya kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlaq tetapi ikhlaq. Berkenaan dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistik kata akhlaq merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya. Kata akhlaq jamak dari kata khilqun atau khuluqan yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah disebutkan di atas. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya dalam al-Qur’an, sebagai berikut:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Artinya: dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam,68: 4).
إِنَ هَذَا إِلاََّ خُلُقُ اْلأَوَّ لِيْنَ
Artinya: (Agama kami) Ini tidak lain hanyalah adat kebisaaan orang dahulu. (QS. Al-Syu’ara, 26: 137).
اَكْمَلُ اْلمُؤْ مِنِيْنَ اِيْمَانًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya: Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang sempurna budi pekertinya. (HR. Turmudzi)
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُ تَمِمَّ مَكَرِمَ اْلأَخْلاَقِ
Artinya: Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekertinya. (HR. Ahmad).

Ayat pertama disebut di atas menggunakan kata khuluq untuk arti budi pekerti, sedangkan ayat yang kedua menggunakan kata akhlak untuk arti adapt kebisaaan. Selanjutnya hadis yang pertama menggunakan kata khuluq untuk arti budi pekerti dan hadis yang kedua menggunakan kata akhlak yang juga digunakan untuk arti budi pekerti. Dengan demikian kata akhlaq atau khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adapt kebisaaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at. Pengertian akhlak dari sudut kebahasaan ini dapat membantu kita dalam menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah.
Menurut beberapa ulama berpendapat mengenai pengertian tentang akhlak, sebagai berikut:
1) Menurut Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu, akhlak adalah: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
2) Menurut Imam Al-Ghazali (1059-1111 M) yang dikenal sebagai Hujjatul Islam (Pembela Islam) karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
3) Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah: sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
b. Pembentukan Akhlak
Masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah al-Abrasyi misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan Pendidikan Islam. Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fithrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat kebenaran. Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa dibentuk atau duga bahwa akhlak adalah gambaran batin sebagaimana terpantul dalam perbuatan lahir. Perbuatan lahir ini tidak akan sanggup dalam perbuatan lahir. Perbuatan lahir ini tidak akan sanggup mengubah perbuatan batin. Orang yang bakatnya pendek misalnya tidak dapat dengan sendirinya meninggikan dirinya demikian sebaliknya.
Selanjutnya ada pula yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung pendapat ini umumnya dating dari ulama-ulama Islam yang cenderung pada akhlak.
c. Pembinaan Akhlak
Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.
Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal salih dinilai sebagai iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan. Dalam al-Qur’an kita misalnya membaca ayat yang berbunyi:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُوْلُ ءَامَنَّا بِااللهِ وَبِالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْ مِنِيْنَ
Artinya: diantara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (QS. al-Baqarah, 2: 8).

Ayat diatas menunjukkan dengan jelas bahwa iman yang dikehendaki Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran yang dibawa rasul, mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang di jalan Allah SWT dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa keimanan harus membuahkan akhlak, dan juga memperlihatkan bahwa Islam sangat mendambakan terwujudnya akhlak yang mulia.
Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman. Hasil analisis Muhammad al-Grazali terhadap rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimah syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk dan patuh pada aturan Allah SWT dan Rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang mempunyai akhlak baik.
Bahwa Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak. Akahlak yang mulia ini demikian ditekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang. Beberapa manfaat dari orang yang berakhlak adalah :
1) Memperkuat dan menyempurnakan agama.
2) Mempermudah perhitungan amal di akhirat
3) Menghilangkan kesulitan.
4) Selamat hidup di dunia dan akhirat.
2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja, menurut mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan priode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesudahnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini didukung oleh piaget yang mengatakan bahwa secara psikologi, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak meresa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Trasformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan.
b. Definisi Remaja Untuk Masyarakat Indonesia
Definisi remaja untuk masyarakat Indonesia sama sulitnya dengan menetapkan definisi remaja secara umum. Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat dan tingkatan sosial ekonomi maupun pendidikan. Kita bisa menjumpai masyarakat golongan atas yang sangat terdidik dan menyerupai masyarakat di Negara-negara barat dan kita bisa menjumpai masyarakat semacam masyarakat di samoa. Dengan perkataan lain, tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional.
Walaupun demikian, sebagai pedoman umum kita dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1) Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria fisik).
2) Dibeberapa masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).
3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity), tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria psikologik).
4) Batas usia 14 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi bereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat atau tradisi), belum bisa memberikan pendapat sendiri dan sebagainya. Dengan perkataan lain, orang-orang yang sampai batas usia 24 tahun belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologik, masih dapat digolongkan remaja. Golongan ini cukup banyak terdapat di Indonesia, terutama dari kalangan masyarakat kelas menengah ke atas yang mempersyaratkan berbagai hal (terutama pendidikan setinggi-tingginya) untuk mencapai kedewasaan. Tetapi dalam kenyataannya cukup banyak pula orang yang mencapai kedewasaannya sebelum usia tersebut.
5) Dalam definisi diatas, status perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Karena itu definisi remaja di sini dibatasi khusus untuk yang belum menikah.



Selanjutnya dalam batasan di atas ada 6 penyesuaian diri yang harus dilakukan remaja yaitu:
1) Menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badannya dalam kepribadiannya.
2) Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang dekat dalam kebudayaan di mana ia berada.
3) Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan.
4) Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat.
5) Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai-nilai yang sesui dengan lingkungan dan kebudayaan.
6) Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dan dalam kaitannya dengan lingkungan.
c. Batasan Umur Remaja Menurut WHO
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu biologik, psikologik, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi suatu masa di mana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Pada tahun berikutnya, definisi ini makin berkembang kearah yang lebih kongkrit operasional. Ditinjau dari bidang kegiatan WHO, yaitu kesehatan, masalah yang terutama dirasakan mendesak mengenai kesehatan remaja adalah kehamilan yang selalu awal. Berangkat dari masalah pokok ini WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja.
d. Awal Mula Konsep Tentang Remaja
Adam, G.R. dan Gullotta T. (1983: 4-7) menyatakan bahwa di Negara-negara barat bahkan konsep tentang anak sebagai suatu hal yang berbeda dari orang dewasa, belum dikenal sampai dengan abad pertengahan. Begitu anak dapat berfungsi sendiri tanpa bantuan orang tua, sering dijadikan obyek saja. Kalau ada kesulitan ekonomi, anak dijual, atau dimasukkan ke rumah miskin, atau bahkan secara langsung atau tidak lansung dibunuh.
Pandangan adams dan gullotta ternyata tidak hanya berlaku di Negara barat, tetapi juga terdapat di bagian-bagian lain di dunia. Di Arab, misalnya, pada masa Khalifah Umar Bin Khatab masih berkuasa masih terdapat kebiasaan untuk mengubur hidup-hidup bayi perempuan yang baru lahir oleh karena masyarakatnya lebih membutuhkan anak laki-laki untuk dijadikan prajurit dalam berperang. Demikian pula peristiwa dalam kasus pada alinia pertama pada pembahasan ini tidak lain adalah penjualan anak seperti yang disebutkan oleh adams dan gullotta.
Tetapi jika tempat lain, menjadi anak sebagai obyek dengan sewenang-wenang masih terjadi sampai sekarang, menurut adams dan gullotta di eropa konsep tentang anak mulai dikenal pada abad ke-19, anak masih dianggap sebagai “tanah liat” yang dapat dibentuk sesuka hati orang tua. Akan tetapi tidak selamanya perlakuan yang diberikan oleh orang tua pada anaknya terdorong oleh anggapan-anggapan dan nilai-nilai yang disadari oleh orang tua yang bersangkutan.
Walaupun konsep tentang anak sudah dikenal sejak abad ke-13, tetapi tentang remaja sendiri baru dikenal secara meluas dan mendalam pada awal abad ke-20 ini saja dan berkembang sesuai dengan kondisi kebudayaan misalnya karena adanya pendidikan formal yang berkepanjangan, karena adanya kehidupan kota besar, terbentuknya “keluarga-keluarga” batih sebagai pengganti keluarga-keluarga besar dan sebagainya.
e. Perkembangan Masa Remaja
Aristoteles adalah seorang filsuf yang membedakan matter (wujud lahiriah) dan form (isi kejiwaan). Setiap matter, menurut aristoteles, selalu mengandung form di dalamnya, tidak perduli apakah itu biji jagung atau manusia. Hanya Tuhan saja yang berupakan form tanpa matter.
Tetapi manusia berbeda dari makhluk-makhluk lainnya mempunyai form yang khusus. Ia mempunyai fungsi mengingat (fungsi mnemic) dan ia mempunyai fungsi realisasi diri (dinamakan entelechi) yang menyebabkan manusia bisa berkembang ke arah yang dikehendakinya sendiri.
Tahap-tahap perkembangan jiwa menurut aristoteles adalah sebagai berikut:
1) 0-7 tahun : masa kanak-kanak (infancy)
2) 7-14 tahun : masa anak-anak (boyhood)
3) 14-21 tahun : masa dewasa muda/remaja (young manhood).
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja. Masa remaja berusaha:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
4) Mencapai kemandirian emosional
5) Mencapai kemandirian ekonomi
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan perang sebagai anggota masyarakat
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya.
f. Pembentukan Konsep Diri
Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Tetapi apakah kedewasaan itu? Secara psikologik kedewasaan tentu bukan hanya tercapainya umur tertentu seperti misalnya dalam ilmu hukum. Secara psikologik kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri-ciri psikologik tertentu pada seseorang. Ciri-ciri psikologik itu menurut G. W. Allport (1961, Bab VII) adalah:
1) Pemekaran (perkembangan) diri sendiri yang ditandai dengan kemampuan seorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri juga. Perasaan egoisme berkurang, sebaliknya tumbuh perasaan ikut memiliki. Salah satu tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencapai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk tenggang rasa dengan orang yang dicintainya, untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya itu menunjukkan adanya tanda-tanda kepribadian yang dewasa. Ciri lain adalah berkembangnya ego ideal berupa cita-cita, edola dan sebagainya yang menggambarkan bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.
2) Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk menangkap humor termasuk yang menjadikan saat-saat yang diperlukan ia bisa melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar.
3) Memiliki falsafah hidup tertentu tanpa perlu merumuskannya dan mengucapkannya dalam kata-kata. Orang yang sudah dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan obyek-obyek lain di dunia. Ia tahu kedudukannya dalam masyarakat, ia paham bagaimana harusnya ia bertingkah laku dalam kedudukan tersebut dan ia berusaha mencari jalannya tidak lagi mudah terpengaruh dan pendapat-pendapatnya serta sikap-sikapnya cukup jelas dan tegas.
Ciri-ciri yang disebutkan allport tersebut di atas biasanya dimulai sejak secara fisik tumbuh tanda-tanda seksual sekunder. Ia mulai jatuh cinta, mulai mempunyai idola dan seterusnya.
g. Perkembangan Nilai, Sikap, Moral dan Religi
Definisi nilai menurut para ahli diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh indifidu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu.
Sedangkan moral berasal dari kata latin mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya di mana individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban dan kehormatan.
Mengenai definisi sikap, banyak ahli yang mengemukakannya sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu obyek. Sikap merupakan variabel latin yang mendasari, mengarahkan, DNA memkorelasii perilaku. Sikap tidak identik dengan respons dalam bentuk perilaku, tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang dapat diamati. Secara operasional, sikap dapat diekpresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan respons reaksi dari sikapnya terhadap obyek, baik berupa orang, peristiwa, atau situasi.
Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Di sisi lain tidak adanya moral dan religi ini seringkali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja.
Religi yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur alam semesta ini adalah sebagian dari moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga perlu dihindari. Agama, oleh karena mengatur juga tingkah laku baik buruk, secara psikologik termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah sopan santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lain.
Aliran psikologik tidak membeda-bedakan antara moral, norma dan nilai. Semua konsep itu menurut S. Freud menyatu dalam kosepnya super ego. Super ego sendiri dalam teori Freud merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat. Super ego dibentuk melalui jalan internalisasi (penyerapan) larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari luar (khususnya dari orang tua), sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam diri sendiri. Sekali super ego terbentuk, maka ego tidak lagi hanya mengikuti kehendak-kehendak ide (dorongan-dorongan naluri yang berasal dari alam ketidaksadaran), akan tetapi juga mempertimbangkan kehendak super ego. Demikianlah dalam menghadapi situasi tertentu, seorang remaja yang sudah terbentuk super egonya akan berbuat sedemikian rupa sehingga tidak melanggar larangan atau perintah masyarakat.
Nilai, sikap dan moral adalah aspek yang berkembang pada diri individu melalui interaksi antara aktivasi internal dan korelasi stimulus eksternal. Pada awalnya seorang anak belum memiliki nilai-nilai dan pengetahuan mengenai nilai moral tertentu atau tentang apa yang dipandang baik atau tidak baik oleh kelompok sosialnya. Selanjutnyan, dalam berinteraksi dengan lingkungan, anak mulai belajar mengenai berbagai aspek kehidupan yang berkaitan dengan nilai, moral, dan sikap.
Faktor lingkungan yang berkorelasi terhadap perkembangan nilai, moral dan sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai sarana rekreasi yang tersedia dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat akan mempengaruhi perkembangan nilai, moral, dan sikap individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.
Remaja yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang penuh rasa aman secara psikologis, pola interaksi yang demokratis, pola asuh bina kasih, dan religius dapat diharapkan berkembang menjadi remaja yang memiliki budi luhur, moralitas tinggi, serta sikap dan perilaku terpuji. Sebaliknya, individu yang tumbuh dan berkembang dengan kondisi psikologis yang penuh dengan konflik, pola interaksi yang tidak jelas, pola yang tidak berkembang dan kurang religius maka harapan agar anak dan remaja tumbuh dan berkembang menjadi individu yang memiliki nilai-nalai luhur, moralitas tinggi, dan sikap perilaku terpuji menjadi diragukan. Upaya perkembangan remaja dapat dilakukan di lingkungan sekolah.
h. Asal Mula Perilaku Menyimpang Pada Remaja
Salah satu upaya mendefinisikan penyimpangan perilaku remaja dalam arti kenakalan anak, kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri. Sedangkan kenakalan remaja yang kita bahas adalah kenakalan yang menyimpang terhadap akhlak, seperti halnya perbuatan asusila, yang mengakibatkan kawin pada usia dini atau kawin pada usia 16 tahun sehingga melanggar undang-undang perkawinan, hal ini mungkin dianggap biasa saja oleh masyarakat moderen atau masyarakat kota, akan tetapi untuk masyarakat pluralitas dan heterogen sekali definisi ini memang membingungkan, terutama bagi para praktisi (pendidik, konselor, dan lain-lain), akan tetapi hal ini tidak dapat dihindari, karena bagaimanapun juga remaja adalah bagian dari masyarakat dan tingkah laku remaja mau tidak mau harus diukur dari kebudayaan, norma dan tingkah laku dalam masyarakat. Justru malah berbahaya jika kita mencoba menilai tingkah laku remaja terlepas dari kaitan masyarakat atau lingkungan sosial kebudayaan.
Dalam hubungan ini, penulis sendiri cenderung untuk membuat berbagai penggolongan terhadap tingkah laku remaja yang menyimpang. Secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma, agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga, dan lain-lain) dapat disebut juga sebagai perilaku menyimpang. Kenakalan remaja disini adalah perilaku yang menyimpang dari atau melanggar hukum. Kenakalan remaja menurut ahli dibagi menjadi empat jenis yaitu:
1) Kenakalan menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, dan lain-lain.
2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.
3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat. Di Indonesia mungkin dapat juga dimasukkan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini.
4) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak rebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya. Pada usia mereka, perilaku-perilaku mereka mamang belum melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan skunder (sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum secara rinci. Akan tetapi kalau kelak remaja ini dewasa, pelanggaran status ini dapat dilakukannya terhadap atasannya atau petugas hukum di dalam masyarakat.
3. Akhlak Remaja
Sedangkan akhlak remaja dapat diartikan, sifat yang tertanam dalam jiwa remaja yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Dari beberapa uraian tentang pengertian dan ruang lingkup akhlak kita dapat disimpulkan bahwa akhlak sangatlah penting bagi semua orang, dan dalam menanamkan akhlak yang baik perlu ditanamkan mulai dari sejak dini agar dimasa pertumbuhan dan masa remaja mempunyai bekal yang kuat untuk menjaga diri mereka sendiri, dalam hal pergaulan para remaja bisa membedakan antara yang baik dengan yang tidak baik.
Masa remaja disebut juga masa adolesensi yang berarti tumbuh kearah dewasa. Masa remaja itu merupakan masa transisi, baik dari sudut biologis, psikologis, sosial, maupun ekonomis. Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak dan keguncangan. Pada masa ini timbul minat kepada lawan jenisnya dan secara biologis alat kelaminnya sudah produktif dan juga masa remaja masa-masa yang masih mempunyai masa kekanak-kanakan untuk mewujudkan keinginan. Pada umur antara 13-14 tahun terjadilah perubahan fisiologis pada dirinya. Maka dari permasalah ini orang tua harus memberi bekal pada anaknya pada pendidikan akhlak yang baik, dengan tujuan agar anak bisa menjaga dirinya dari perbuatan yang tidak diinginkan.

C. Hipotesis
Kata hipotesa berasal dari dua penggalan kata "Hypo" yang artinya di bawah, dan "Thesa" yang artinya kebenaran. Hipotesa dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang hendak dicari solusi pecahan melalui penelitian, yang dirumuskan atas dasar pengetahuan, pengalaman dan logika yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang hendak dilakukan, hipotesis tidak harus selalu muncul dalam penelitian, namun harus disesuaikan dengan jenis penelitian, jika penelitian bersifat deskriptif, hipotesis tidak perlu muatkan dalam penelitian.
Hipotesis pada umumnya digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua variabel yaitu independent variabel (X) adalah aktivitas obyek wisata dan dependen variabel (Y) adalah akhlak remaja.
Adapun hipotesis yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Kerja atau Hipotesis Alternatif (Ha). Hipotesis kerja yaitu hipotesis yang menyatakan adanya korelasi antara variabel X dengan Y, atau adanya perbedaan antara 2 kelompok. Jadi hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah korelasi aktivitas obyek wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
2. Hipotesis nol (Ho) yang sering disebut sebagai hipotesis statistik, hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya korelasi variabel (X) terhadap variabel (Y).

BAB III
METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah ilmu yang membahas metode ilmiah dalam mencari, mengembangkan, dan menggunakan kebenaran suatu pengetahuan. Dalam tahapan penelitian ini menjelaskan cara bagaimana penelitian dapat dilakukan, supaya hipotesis penelitian dapat teruji secara ilmiah dan empirik. Untuk mendapatkan penelitian yang baik, peneliti harus menentukan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Adapun metode untuk menjalankan penelitian mencakup pendekatan penelitian, rancangan penelitian, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, pengumpulan data, analisis data.
Dalam membuat laporan hasil penelitian, penelitian harus menggunakan beberapa alat yang dapat menunjang terlaksananya satu tujuan penelitian yaitu mencari kebenaran penelitian, hal itu tentunya ditunjang dengan data-data yang valid (keabsahan) dan real (kenyataan), penelitian ini adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab masalah yang dihadapi, sebagai jalan pemecahan masalah yang diselidiki.
Atas dasar pengertian di atas, maka dalam hal ini akan dibahas beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi penelitian sebagai landasan operasional. Adapun penggunaan metode yang diperlukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
A. Jenis Penelitian
Data adalah sekumpulan informasi atau fakta tentang suatu problem . Hal ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Data Kualitatif
Data yang tidak langsung berwujud dalam angka, tetapi dalam bentuk kategori-kategori. Dalam hal ini yang dimaksud diantaranya adalah tentang letidak geografis, sejarah berdirinya obyek wisata, struktur pengelolaannya, korelasi akhlak remaja dan hal-hal pendukung lainnya.
Metode kualitatif sering dinamakan metode baru karma popularitasnya belum lama, Metode ini berlandaskan pada filsafat postpositivisme, di gunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
2. Data Kuantitatif
Kuantitatif yaitu data yang berwujud dengan angka-angka. Adapun data yang dimaksud diantaranya adalah data tentang hasil angket serta data-data lain yang berupa angka, dan penelitian ini analisisnya secara umum memakai analisis statistik.
Metode kuantitatif, metode ini dinamakan metode tradisional karma metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Sering juga disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiyah. Metode kuantitatif ini dilakukan secara eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan di pedesaan maupun di perkotaan, di sekolah ataupun di tempat lain.

B. Rancangan Penelitian
Dalam rancangan penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel yaitu:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah suatu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Adapun yang dimaksud variabel bebas dalam penelitian ini adalah Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Adapun yang dimaksud variabel terikat disini adalah akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
C. Populasi dan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya mengatakan bahwa populasi adalah kesuluruhan subjek penelitian. Karena tidak memungkinkan penelitian selalu langsung dapat meneliti seluruh populasi, maka peneliti membatasi populasi dengan mengambil beberapa orang yang bersedia misalnya pada tokoh masyarakat, para remaja atau masyarakat yang ada di sekitar tempat (obyek wisata) yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 20 remaja dari jumlah remaja yang ada di Desa Jambeyan. Menurut pendapat suharsimi arikunto yang mengatakan bahwa "jika jumlah subyek penelitian lebih besar dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini diambil 20 remaja terambil secara acak dari laki-laki: 452 dan perempuan 466, jumlah keseluruhan remaja 918 yang tinggal di Desa Jambeyan.






D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini berbagai metode yang digunakan oleh penulis untuk mendapatkan data lebih rinci dan lengkap, adapun metode tersebut adalah:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena yang diselidiki. Untuk melengkapi serta menambah validitas dari data yang diperoleh, maka penulis menggunakan metode observasi agar bisa mengetahui secara langsung apakah korelasi aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
a. Jenis Observasi.
1) Peneliti melakukan pengamatan langsung dengan cara tes, kuisioner, rekaman gambar, rekaman suara.
2) Bentuk.
a) Observasi non sistematis (tanpa instrumen).
b) Observasi sistematis (ada instrumen).
b. Keuntungan Observasi.
1) Dapat dicatat segera dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang.
2) Dapat data walau subyek tidak dapat berkomunikasi.
c. Kerugian Observasi.
1) Waktu lama (menghabiskan banyak waktu).
2) Pengamatan terhadap fenomena yang lama tidak dapat langsung dilakukan.
3) Ada kegiatan yang tidak mungkin diamati.
2. Metode Interview (wawancara)
Metode interview bisa juga disebut wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewanwancara (penulis) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Penggunaan metode wawancara ini untuk memperoleh keterangan secara lisan dari responden, misalnya dari para remaja atau dari tokoh masyarakat.
Proses mendapatkan keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan subyek dengan memakai panduan wawancara.
a. Jenis berdasarkan Sifat Pertanyaan yang digunakan.
1) Wawancara terpimpin (pertanyaan diajukan menurut daftar yang diberikan).
2) Wawancara bebas terpimpin (hanya membawa pedoman garis besar saja).
3) Wawancara bebas (tanya jawab bebas namun pewawancara menggunakan tujuan sebagai pedoman).
b. Keuntungan: responden tidak merasa diwawancarai.
c. Kelemahan: terkadang arah pertanyaan tidak terkendali.
Wawancara bukan hal yang mudah. Pewawancara harus dapat menciptakan suasana santai tapi serius agar responden dapat menjawab secara jujur.
3. Metode Angket
Usaha untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan dan menyebarkan selebaran yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Metode ini ditujukan pada remaja sekitar Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan di Desa Jambeyan. Tentang korelasi aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Daftar pertanyaan yang diberikan kepada subyek/responden sesuai dengan tujuan penelitian.
a. Jenis
1) Berdasarkan cara menjawab.
a) Angket terbuka: menjawab dengan kalimat sendiri.
b) Angket tertutup: responden diminta memilih jawaban yang sesuai.
2) Dari jawaban yang diberikan.
a) Kuisioner langsung: responden menjawab tentang dirinya.
b) Kuisioner tidak langsung: responden menjawab tentang orang lain.
3) Dari bentuk.
a) Pilihan ganda.
b) Isian.
c) Check list.
d) Rating scale.
b. Keuntungan
1) Tidak perlu hadirnya peneliti
2) Dapat dibagikan serentak
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan dan menurut waktu senggang responden
4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab
5) Dapat dibuat terstandar
c. Kerugian
1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab
2) Seringkali sulit dicari validitasnya
3) Terkadang responden tetap tidak jujur
4) Sering tidak kembali (lewat pos)
5) Waktu pengembalian tidak bersama-sama


4. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah dengan meneliti bahan dokumen yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. Agar mendapatkan data secara kongkrit dan jelas, maka menurut penulis metode dokumentasi sangat penting digunakan sebagai bukti dan juga sumber yang kongkrit, misalnya foto obyek wisata.

E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data, penelitian lebih mudah didapat, dalam arti hasilnya cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrument yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrument. Instrument sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.
Jenis-jenis instrument (alat) pengumpulan data seperti daftar pertanyaan (kuisioner), pedoman pertanyaan, alat potret dan sebagainya, juga harus dijelaskan. Tidak ketinggalan adalah alasan penggunaan instrument pengumpulan data tersebut yang terkait dengan jenis penelitian dan metode pendekatan yang termuat dalam ruang lingkup penelitian. Contohnya, alat pengumpul data menggunakan kuisioner karena menggunakan metode survey dengan lokasi penelitian yang relatif luas dan responden cukup banyak.
Umumnya instrument penelitian yang dapat dipergunakan turut dikemukakan, misalnya pedoman observasi pedoman wawancara daftar pertanyaan. Penelitian instrument penelitian tergantung pada beberapa pertimbangan berikut:
1. Jumlah responden, apabila jumlahnya sedikit, pedoman wawancara lebih tepat digunakan daripada kuisioner.
2. Lokasi, bila lokasi penelitian meliputi daerah yang relatif luas maka penggunaan kuisioner akan lebih efektif.
3. Data, jika ingin mendapatkan pendapat yang lebih mendalam maka pedoman wawancara lebih tepat.
4. Pelaksanaan, bila pelaksanaan penelitian cukup banyak, sedangkan responden cukup terbatas maka wawancara atau observasi dapat dipergunakan. Dalam keadaan sebaliknya, penggunaan kuisioner lebih tepat.




F. Analisis Data
Setelah memperoleh data-data yang diperlukan, selanjutnya data tersebut dianalisis namun sebelumnya data-data tersebut diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata atau kalimat menurut kategori. Sehingga mendapatkan suatu kondisi. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif, proses analisisnya dilakukan dengan cara dijumlahkan, dibandingkan, diklasifikasikan dan diprosentasikan.
Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis data statistik yang meliputi:
1. Teknik analisis prosentase, adalah suatu teknik analisis yang dipergunakan untuk mengetahui tingkat korelasi aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
Rumusan yang digunakan adalah rumusan prosentase yaitu:

Keterangan:
F = frekuensi jawaban
N = jumlah responden
P = Angka prosentase.
2. Teknik analisis produck adalah suatu teknik analisis yang bertujuan untuk mencari dan mengetahui ada tidaknya korelasi aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik korelasi Product Moment.
1. Pengertian
Product moment correlation atau lengkapnya product of the moment correlation adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerap kali digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan oleh karl pearson, yang karenanya sering dikenal dengan intilah teknik korelasi pearson.
Disebut Product Moment correlation karena koefisien korelasinya diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian dari momen-momen variabel yang dikorelasikan (product of the moment)
2. Penggunaan
Teknik korelasi Product Moment kita pergunakan apabila kita dihadapkan dengan kenyataan berikut ini:
a. Variabel yang kita korelasi berbentuk gejala atau data yang bersifat kontinue.


b. Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen atau setidak-tidaknya mendekati homogen.
c. Regresinya merupakan regresi linear.
3. Lambangnya
Kuat lemah atau tinggi rendahnya korelasi antar dua variabel yang sedang kita teliti dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks korelasi, yang pada teknik kerelasi Product Moment diberi lambang "r" (sering disebut "r" Product Moment). Angka indeks korelasi Product Moment ini diberi indeks dengan huruf kecil dari huruf-huruf yang dipergunakan untuk dua buah variabel yang sedang dicari korelasinya jadi apabila variabel pertama diberi lambang X dan variabel kedua diberi lambang Y, maka angka indeks korelasinya dinyatakan dengan lambang rxy.
4. Cara mencari angka indeks korelasi Product Moment
Ada beberapa macam cara yang dapat dipergunakan untuk mencari indeks korelasi Product Moment. Apabila data yang kita hadapi data tunggal (ungrouoped data), sedangkan Number of Cess-nya kurang dari 30 dengan istilah lain: sampel yang diteliti merupakan sampel kecil, maka seperti dikemukakan oleh Henry E. Gerrett, Ph.D. dalam bukunya Statistik in Psychology and Education angka indeks korelasi Product Moment (rxy) dapat dihitung dengan menggunakan enam cara, yaitu:
a. Dengan cara menghitung deviasi terlebih dahulu.
b. Dengan cara yang lebih tingkat yaitu tanpa menghitung deviasi standarnya.
c. Dengan cara memperhitungkan skor-skor aslinya atau ukuran-ukuran kasarnya.
d. Dengan cara memperhitungkan meannya (yaitu mencari nilai rata-rata hitung dari variabel-variabel yang dicari korelasinya).
e. Dengan cara memperhitungkan selisih deviasi dan variabel-variabel yang dikorelasikan, terhadap meannya.
f. Dengan cara memperhitungkan selisih dari masing-masing skor aslinya atau angka kasarnya.
Adapun untuk data tunggal yang Number of Cess-nya 30 atau lebih dari 30, dan untuk data kelompokan (grouped data), angka indeks korelasi rxy dapat diperoleh dengan bantuan sebuah peta atau diagram.
5. Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" Product Moment.
Terhadap angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan (proses komputasi) kita dapat memberikan interpretasi atau penafsiran tertentu. Dalam hubungan ini ada dua macam cara dapat kita tempuh, yaitu:
a. Interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" Product Moment itu dilakukan dengan secara kasar atau dengan cara yang sederhana
b. Interpretasi itu diberikan dengan terlebih dahulu berkonsultasi pada tabel Nilai "r" Product Moment.
Ada dua cara untuk memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi Product Moment, yaitu sebagai berikut:
a. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi Product Moment secara kasar (sederhana)
Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi "r" Product Moment (rxy), pada umumnya dipergunakan pedoman atau ancer-ancer sebagai berikut:
Tabel 4
Interpretasi Nilai r
Besarnya Nilai r
Product Moment (r x y) Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y tidak terdapat korelasi (keterkaitan) karena sangat rendah / sangat lemah.
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi (keterkaitan) yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi (keterkaitan) yang sedang atau cukupan.
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi (keterkaitan) yang kuat dan tinggi.
0,90 – 1.00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi (keterkaitan) yang sangat kuat atau sangat tinggi.


b. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" Product Moment menggunakan korelasi pada tabel nilai "r" Product Moment.
Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" Product Moment, dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai "r" Product Moment yang biasanya selalu tercantum dalam buku-buku statistik sebagai lampiran dipandang lebih teliti daripada cara pemberian interpretasi seperti yang telah dikemukakan di atas.
Apabila cara kedua ini yang kita tempuh, maka prosedur yang kita lalui secara berturut-turut adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan (membuat) hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil atau hipotesis nol (Ho).
Hipotesis alternatifnya (Ha) kita rumuskan sebagai berikut: "Terdapat korelasi positif atau korelasi negatif yang signifikan (meyakinkan) antara variabel X dan variabel Y."
Adapun rumusan Hipotesis Nihilnya (Ho) adalah sebagai berikut: "tidak terdapat korelasi positif atau korelasi negatif yang signifikan (meyakinkan) antara variabel X dan variabel Y."
2) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah kita ajukan di atas. (maksudnya: manakah yang benar: Ha atau Ho), dengan jalan memperbandingkan besarnya "r" yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau "r" observasi (ro) dengan besarnya "r' yang tercantum dalam tabel nilai "r" Product Moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom-nya (df) yang rumusnya adalah sebagai berikut:
Df = N – nr
df = Degrees of Freedom
N = Number of Cases
nt = banyaknya variabel yang kita korelasikan (karena teknik analisis korelasi yang kita bicarakan di sini adalah teknik analisis korelasional bevariat, maka nr akan selalu = 2, sebab variabel yang kita korelasikan hanya dua buah).
Dengan diperolehnya db atau df maka dapat dicari besarnya "r" yang tercantum dalam tabel nilai "r" Product Moment, baik pada taraf signifikasi 5% maupun pada taraf signifikasi 1%. Jika ro sama dengan atau lebih besar daripada rt maka hipotesis alternatif (Ha) disetujui atau diterima atau terbukti kebenarannya berarti memang benar antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi positif atau korelasi negatif yang signifikan. Sebaliknya, Hipotesis Nihil (HO) tidak dapat disetujui atau tidak dapat diterima atau tidak terbukti kebenarannya. Ini berarti bahwa Hipotesis Nihil yang menyatakan tidak adanya korelasi antara Variabel X dan Variabel Y itu salah.
Demikian cara yang dapat ditempuh dalam angka memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" Product Moment. Selanjutnya, seperti telah disinggung pada pembicaraan terdahulu berikut ini akan dikemukakan contoh cara memberi atau menghitung dan sekaligus cara memberikan interpretasi terhadap "r" Product Moment, baik untuk data tunggal maupun untuk data kelompokkan.
6. Apabila dalam mencari angka indeks korelasi "r" Product Moment itu perhitungannya didasarkan pada deviasi standar dari data yang sedang dicari korelasinya.
a. Maka rumus yang diperlukan Product Moment. Yaitu:

Keterangan:
Ґxy : Angka indeks korelasi “r” Product Moment
N : Number of cases
xy : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
x : Jumlah seluruh skor X
y : Jumlah seluruh skor Y
b. Langkah
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pencarian hasil dari rumus di atas adalah sebagai berikut, yaitu:
1) Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungannya, yang terdiri dari 6 kelompok:
a) Kolom 1 : Subjek
b) Kolom 2 : Skor variabel X
c) Kolom 3 : Skor variabel Y
d) Kolom 4 : Hasil perkalian antara skor variabel X dan skor variabel Y atau XY (dijumlahkan)
e) Kolom 5 : Hasil penguadratan skor variabel X yaitu X2 (dijumlahkan).
f) Kolom 6 : hasil penguadratan skor variabel Y, yaitu Y2 (dijumlahkan).
2) Mencari angka korelasinya, dengan rumus:

3) Memberikan interpretasi terhadap rxy dan menarik kesimpulan.

Dikarenakan penelitian menghitung dan memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" product moment untuk data tunggal, dimana N kurang dari 30 tidak perlu menghitung devisi standarnya. Rumus yang peneliti perlukan adalah:

Ґxy : Angka indeks korelasi “r” Product Moment
N : Number of cases
x2 : Jumlah deviasi skor X setelah terlebih dulu dikuadratnya
y2 : Jumlah deviasi skor Y setelah dulu dikuadratkan


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi penulisan
1. Gambaran Umum Desa Jambeyan
a. Luas Desa Jambeyan
1) Tanah Sawah
a) Sawah irigasi teknis : 124.000 ha
b) Sawah irigasi ½ teknis : 121 ha
c) Sawah tadah hujan : 25 ha
: 124.146 ha
2) Tanah Kering
a) Tegal/ladang : 113,1990 ha
b) Pemukiman : 92.000 ha
3) Tanah Basah
a) Tanah rawa : - ha
b) Pasang surut : - ha
4) Tanah Perkebunan
a) Tanah perkebunan rakyat : - ha
b) Tanah perkebunan Negara: - ha
c) Tanah perkebunan swasta : - ha
5) Tanah Fasilitas Umum
a) Kas desa : 11 ha
b) Lapangan : 2 ha
c) Perkantoran pemerintahan: 1 ha
d) Lainnya :10.000 ha
6) Tanah Hutan
a) Hutan lingdung : - ha
b) Hutan produksi : 12 ha
c) Huran konversi : - ha
b. Tipologi
1) Orbitasi
a) Jarak ka ibu kota kecamatan terdekat : 9 km
b) Lama tempuh ke ibu kota kecamatan terdekat : 0,25 km
c) Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan terdekat : Sepeda Motor
d) Jarak tempuh ke ibu kota kabupaten terdekat : 22 km
e) Lama tempuh ke ibu kota kabupaten terdekat : 0,75 km
f) Kendaraan umum ke ibu kota kabupaten terdekat : Bus
2) Iklim
a) Curah hujan : 25,21 mm
b) Jumlah bulan hujan : 3 bulan
c) Suhu rata-rata harian : 18-27 C
d) tinggi tempat : 325 mdl
e) Bentang wilayah : lereng gunung
c. Pembagian Wilayah Kelurahan
1) Dusun : Musuk
2) Dusun : Jetis
3) Dusun : Sukorejo
4) Dusun : Jambeyan
5) Dusun : Sambi
6) Dusun : Dawung
7) Dusun : Blimbing
8) Dusun : Sambirejo
9) Dusun : Kadipiro
2. Potensi Sumber Daya Manusia
a. Jumlah
1) Jumlah total : 4.426 Orang
2) Jumlah laki-laki : 2.174 Orang
3) Jumlah perempuan : 2.252 Orang
4) Jumlah kepala keluarga : 1.068 Orang





b. Umur
Tabel 5
Umur Penduduk Jambeyan
0-12 Bulan : 70 Orang 30 Tahun : 70 Orang
1 Tahun : - Orang 31 Tahun : 74 Orang
2 Tahun : 58 Orang 32 Tahun : 84 Orang
3 Tahun : 73 Orang 33 Tahun : 76 Orang
4 Tahun : 72 Orang 34 Tahun : 78 Orang
5 Tahun : 80 Orang 35 Tahun : 75 Orang
6 Tahun : 57 Orang 36 Tahun : 66 Orang
7 Tahun : 69 Orang 37 Tahun : 57 Orang
8 Tahun : 76 Orang 38 Tahun : 85 Orang
9 Tahun : 74 Orang 39 Tahun : 64 Orang
10 Tahun : 60 Orang 40 Tahun : 51 Orang
11 Tahun
: 61 Orang 41 Tahun : 75 Orang
12 Tahun : 83 Orang 42 Tahun : 61 Orang
13 Tahun : 88 Orang 43 Tahun : 82 Orang
14 Tahun : 82 Orang 44 Tahun : 59 Orang
15 Tahun : 80 Orang 45 Tahun : 48 Orang
16 Tahun : 73 Orang 46 Tahun : 65 Orang
17 Tahun : 35 Orang 47 Tahun : 37 Orang
18 Tahun : 124 Orang 48 Tahun : 65 Orang
19 Tahun : 48 Orang 49 Tahun : 88 Orang
20 Tahun : 76 Orang 50 Tahun : 56 Orang
21 Tahun : 89 Orang 51 Tahun : 34 Orang
22 Tahun : 79 Orang 52 Tahun : 41 Orang
23 Tahun : 98 Orang 53 Tahun : 57 Orang
24 Tahun : 80 Orang 54 Tahun : 35 Orang
25 Tahun : 91 Orang 55 Tahun : 47 Orang
26 Tahun : 90 Orang 56 Tahun : 45 Orang
27 Tahun : 82 Orang 57 Tahun : 33 Orang
28 Tahun : 78 Orang 58 Tahun : 68 Orang
29 Tahun : 89 Orang 59 Tahun : 606 Orang
TOTAL 4.597 Orang

c. Lembaga pemerintahan
1) Pemerintah desa
a) Jumlah aparat : 13
b) Pendidikan kepala desa : S-1
c) Pendidikan sekretaris desa : S-1
d) Kaur Pemerintahan : S-1
e) Kaur Keuangan : SLTA
f) Petugas lapangan : SLTA
g) Bayan : SLTA
2) Badan perwakilan desa : 1
a) Jumlah anggota : 9
b) Pendidikan ketua BPD : SLTP
d. Prasarana Pemerintahan
1) Balai desa/sejenisnya : ada
2) Jumlah mesin ketik : 3 buah
3) Jumlah meja : 20 buah
4) Jumlah kursi : 100 buah
5) Jumlah almari arsip : 5 buah
6) Jumlah balai dusun/sejenisnya : 1
7) Jumlah kantor RW atau sebutan lain : - buah
8) Kantor BPD : Tidak ada
9) Kendaraan Dinas : Ada
e. Pendidikan
1) Belum sekolah : - Orang
2) Usia 7-45 tahun tidah pernah sekolah : - Orang
3) Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat : - Orang
4) Tamat SD/sederajat : 749 Orang
5) SLTA/sederajat : 222 Orang
6) SLTA/sederajat : 33 Orang
7) D-1 : 12 Orang
8) D-2 : 13 Orang
9) D-3 : 41 Orang
10) S-1 : 28 Orang
11) S-2 : 1 Orang
12) S-3 : - Orang
f. Lembaga Pendidikan
1) TK : 4 Unit
a) Jumlah guru : 14 Orang
b) Jumlah murid : 102 Orang
2) SD/Sederajat : 3 Unit
a) Jumlah murid : 392 Orang
b) Jumlah guru : 38 Orang
3) SLTP : 1 Unit
a) Jumlah guru : 84 Orang
b) Jumlah murid : 8 Orang
4) SLTA : - Unit
a) Jumlah guru : - Orang
b) Jumlah murid : - Orang
5) Jumlah Lembaga Keagamaan : - Unit
a) Jumlah peserta didik : - Orang
b) Jumlah pengajar : - Orang
g. Prasarana Pendidikan
1) SLTA/SEDERAJAT : - buah
2) SLTP/SEDERAJAT : 1 buah
3) SD/SEDERAJAT : 3 buah
4) TK : 4 buah
5) TPA : 5 buah
6) Jumlah lembaga pendidikan agama : - buah
7) Jumlah perpustakaan : - buah


h. Agama
1) Islam : 4.469 Orang
2) Kristen : 1.115 Orang
3) Katholik : - Orang
4) Hindu : - Orang
5) Budha : - Orang
i. Prasarana Peribadatan
1) Jumlah masjid : 7 buah
2) Jumlah langgar/surau/mushola : 13 buah
3) Jumlah gereja katholik : 2 buah
4) Jumlah wihara : - buah
5) Jumlah pura : - buah
j. Sarana Kesehatan
1) Jumlah dokter umum : - Orang
2) Jumlah dokter gigi : - Orang
3) Jumlah dokter spesialis lainnya : - Orang
4) Jumlah paramedik : - Orang
5) Jumlah dukun terlatih : - Orang
6) Bidan desa : 2 Orang
7) Ambulan : - Orang


k. Prasarana Kesehatan
1) Rumah sakit umum : - unit
2) Puskesmas : - unit
3) Puskesmas pembantu : 1 unit
4) Poliklinik/balai pengobatan : 1 unit
5) Apotik : - unit
6) Posyandu : 6 unit
7) Toko obat : - unit
8) Alat bedah : - unit
9) Tempat menyimpan obat : - unit
10) Tempat dokter praktek : - unit
l. Lembaga Keamanan
1) Jumlah pos kampling : 22 Unit
2) Jumlah hansip/sejenisnya : 44 Orang
3) Bentuk partisipasi masyarakat dalam kampling :Ronda Malam
m. Tenaga kerja
1) Penduduk usia 15-60 tahun : 3.416 Orang
2) Ibu rumah tangga : 724 Orang
3) Penduduk masih sekolah : 616 Orang
4) Tenaga kerja (usia 15-60, ibu rumah tangga, dan yang masih sekolah) : 2.076 Orang

n. Mata pencaharian pokok
1) Petani : 587 Orang
2) Buruh tani : 188 Orang
3) Buruh/swasta : 244 Orang
4) Pegawai negeri : 39 Orang
5) Pengrajin : - Orang
6) Pedagang : 196 Orang
7) Peternak : 6.515 Orang
8) Nelayan : - Orang
9) Montir : - Orang
10) Dokter : - Orang
3. Lokasi Administratif Desa Sambirejo
Jambeyan adalah salah satu desa di Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Jarak tempuhnya sekitar 15 km di sebelah Timur kota Kabupaten, berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Wilayah kecamatan Sambirejo seluas 47,76 km2. Topografi kecamatan Sambirejo secara umum adalah berbukit-bukit, walaupun ada yang desa tertentu yang memiliki dataran landai. Kondisi tanah relatif subur.
Kecamatan Sambirejo terdiri dari 9 desa, yaitu Musuk, Jetis, Sukorejo, Jambeyan, Sambi, Dawung, Blimbing, Sambirejo, dan Kadipiro. Jumlah penduduk menurut data tahun 1998 yaitu 38.437 orang dengan tingkat kepadatan penduduk 805 orang/km2. Jumlah laki-laki 18.871 orang dan perempuan 19.566 orang. Sedangkan penduduk Desa Jambeyan yang penulis teliti jumlah penduduknya sekitar, laki-laki: ±1.901 dan perempuan ±1.908, jumlah penduduk ±1.901+1.908 = 3.809 orang. Sedangkan jumlah penduduk menurut data tahun 2008 sampai sekarang 4.426 dengan jumlah laki-laki 2.174 orang, jumlah perempuan 2252 orang, jumlah kepala keluarga 1.068 KK. Sebagian besar penduduk Sambirejo bekerja sebagai petani. Konfigurasi petani (dari yang paling dominan) yaitu buruh tani, petani penggarap, dan sedikit pemilik lahan. Upah buruh tani di Sambirejo, per hari sekitar Rp 7.500. Selain bidang pertanian, mata pencaharian lainnya adalah beternak, baik ternak sapi maupun kambing. Pola beternak pada umumnya menggunakan sistem gaduh, yakni penggemukan ternak dengan bagi hasil (50:50) antara pemilik dan pemelihara. Dan juga hampir semua rumah tangga memelihara ayam kampung walau dalam jumlah terbatas.
Berdagang merupakan sumber ekonomi lain dari masyarakat Sambirejo yaitu usaha kulakan, buka kios, toko kelontong, dan sebagainya. Komoditi yang diperdagangkan antara lain hasil bumi (padi, jagung, cabe, sayur-mayur), dan kebutuhan sehari-hari. Selebihnya mereka bekerja sebagai pegawai negeri (PNS), tukang kayu atau bangunan, dan penambang pasir.

4. Kondisi Tani di Sambirejo
Orang layak disebut petani kalau dia memiliki tanah sendiri, sebagai lahan pertanian. Sementara, orang yang mengerjakan tanah pertanian bukan miliknya sendiri, disebut buruh tani alias petani penggarap. Padahal, posisi petani sendiri, sesungguhnya sangat bergantung kepada sejauh mana aksesnya terhadap tanah. Semakin kecil akses petani terhadap tanah, semakin mudah pula ia tersingkir dan mengalami kemiskinan. Sebaliknya, menguatnya akses petani terhadap tanah akan makin menguatkan posisi tawarnya. Jadi, kalau petani disingkirkan dari tanah garapannya, akibatnya adalah petani menjadi kehilangan mata pekerjaannya dan menjadi asing di tanahnya sendiri. Ada sebagian dari mereka yang terpaksa memilih berurbanisasi untuk mengadu nasib dan mencoba memperbaiki kehidupannya di kota. Merantau atau bekerja di sektor informal di kota ini, tidak akan menyelesaikan masalah secara jangka panjang, sebab kapasitas dan kemampuan mereka adalah pada sektor pertanian. Sehingga masalah ketiadaan tanah bagi petani ini merupakan masalah strategis yang menuntut penyelesaian.
Warga Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, kebanyakan adalah petani penggarap dan buruh tani karena tidak memiliki tanah pertanian sendiri. Warga kecamatan Sambirejo adalah masyarakat miskin. Salah satu penyebabnya adalah karena tanah pertanian yang dulu pernah dimiliki oleh petani warga Sambirejo, telah diambil dari mereka. Kini, konfigurasi petani yang memiliki tanah prosentasenya kira-kira hanya 10%, petani penggarap sekitar 35%, dan yang paling banyak prosentasenya adalah buruh tani yaitu 45%.
Sebagai petani, tumpuan utama pemenuhan kebutuhan sehari-hari berasal dari (penjualan) hasil pertanian. Panen hasil pertanian ini biasanya mengikuti pola panen, yaitu 3 kali setahun. Hasil panen berupa padi atau palawija, seringkali langsung dijual ke tengkulak saat masih sawah/tegal. Mereka enggan menjual dalam bentuk beras atau pipilan karena hasil panennya cuma sedikit dan tidak sebanding dengan biaya transportasi ke kota yang mahal. Belum masalah waktu yang terbuang untuk mengurus penjualannya. Maka banyak petani memilih menjual kepada tengkulak yang langsung datang dan memberikan penawaran harga. Rentang penjualan hasil pertanian (minimal) yaitu dari petani dijual ke tengkulak (jual-beli di sawah/tegal), dari tengkulak ke pengumpul di Sambirejo, selanjutnya ke pengumpul di Sragen, dikirim ke pengumpul di Solo, baru dijual ke pasar dan ke produsen.
Modal untuk bertani tidak sedikit. Bentuknya bisa berupa uang atau barang yang dibayar setelah panen. Sumber modal biasanya hutang kepada tengkulak (rentenir), kredit bank, dan meminjam sesama warga. Rasio besarnya hutang dibanding pendapatan dalam setahun kira-kira 1:3. Hutang-hutang tersebut dapat dicicil, namun paling tidak dalam tahun itu harus bisa melunasi 30-40% dari total hutang. Kegiatan yang dapat menyebabkan hutang adalah modal kerja sawah, interaksi sosial (sumbangan-sumbangan), arisan, dan biaya sekolah anak.
5. Kondisi Pendidikan di Sambirejo
Tingkat pendidikan masyarakat Sambirejo tergolong rendah pada tahun 2000 sedangkan pada tahun 2006 sampai sekarang sudah meningkat dibanding dulu. Pada tahun 2000 sangat sedikit yang dapat menempuh pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Hasil survei/wawancara lapangan menunjukkan data prosentase tingkat pendidikan formal masyarakat pada tahun 2000 sebagai berikut: perguruan tinggi sebanyak 5%, SMU/SMK 40%, SLTP 40%, serta SD dan tidak tamat sebanyak 15%. Rendahnya mobilitas pendidikan ke perguruan tinggi disebabkan kemampuan ekonomi yang minim. Hal ini seringkali menimbulkan stigma di masyarakat, “Banyak yang sekolah sampai jadi sarjana, tapi malah jadi pengangguran. Lebih baik biaya itu digunakan untuk modal usaha.” Walaupun kalau dikaji lebih dalam, sesungguhnya mereka diperhadapkan pada pilihan yang berat menyekolahkan anak atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi akhir-akhir ini, kemampuan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya semakin melemah. Biaya pendidikan yang semakin melangit membuat keinginan menyekolahkan anak di perguruan tinggi seakan hanya akan menjadi mimpi. Sedangkan sekarang sebaliknya dari kenyataan yang terpapar diatas, yaitu sekarang lebih banyak menyekolahkan anak dikarenakan lebih banyaknya dibutuhkan ijazah sebagai alat atau syarat untuk mendapatkan pekerjaan.

B. Gambaran Umum Obyek Wisata Yang Penulis Teliti
1. Lokasi Administratif Pemandian Air Panas Bayanan
Pemandian Air Panas Bayanan merupakan salah satu daerah tujuan wisata minat khusus yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen, dalam hal ini adalah untuk wisata kesehatan (health tourism) yang dipadukan dengan daya tarik wisata alam atau ekowisata.
Menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, air panas Bayanan dianggap memiliki banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit, seperti: rematik, gatal-gatal, dan penyakit lainnya. Sehingga oleh orang terdahulu sumber air panas itu dinamakan “Hyang Tirto Nirmolo”.
Ternyata kebenarannya terbukti sehingga banyak pengunjung berdatangan untuk membuktikan khasiatnya. Selain bisa menyembuhkan berbagai penyakit di atas, air panas tersebut dipercaya juga bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah, memulihkan kebugaran tubuh, meningkatkan vitalitas tubuh, memelihara kesegaran sendi-sendi dan otot, menghilangkan capek-capek, dan membuat awet muda.
Pemandian Air Panas Bayanan ini terletak tepat di sebelah tenggara ibukota Kabupaten Sragen yaitu di Dusun Bayanan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Secara geografis, Pemandian Air Panas Bayanan terletak sekitar 17 km di sebelah tenggara ibukota Kabupaten Sragen. Jarak tersebut bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun dengan angkutan umum. Dari pusat kota Sragen dapat ditempuh dengan Angkudes jurusan Bayanan-Sambirejo dengan rute: Sragen-Ngarum-Blimbing-Bayanan, pulang pergi.
2. Sarana dan Prasarana Pendukung
Sarana dan prasarana pendukung pariwisata yang tersedia di Pemandian Air Panas Bayanan cukup memadai. Fasilitas-fasilitas umum yang tersedia di obyek wisata ini antara lain WC umum, kamar mandi air panas, ruang ganti pakaian, jalan setapak, warung makan, tempat penginapan, toko kelontong, tempat parkir yang memadai, taman bermain anak, kolam renang, hutan wisata, ruang informasi, dan mushola. Kondisi prasarana jalan menuju ke Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan cukup baik berupa jalan aspal selebar ± 4m. Lokasi obyek wisata ini dapat dicapai melalui tujuh jalur yang berbeda. Jalur-jalur dan uang pembayaran (tiket masuk) masuk tersebut adalah sebagai berikut:







Tabel 6
Tabel Tentang Jalur-jalur Menuju Lokasi Penelitian
JALUR YANG DAPAT DILEWATI
Jalur 1 : Sragen-Ngarum- Sambirejo-Sambi-Bayanan
Jalur 2 : Banaran-Gondang-Sambi-Bayanan
Jalur 3 : Masaran-Jambangan-Batu Jamus-Kerjo-Sambirejo-Sambi-Bayanan
Jalur 4 : Karanganyar-Mojogedang-Batu Jamus-Kerjo-Sambirejo-Sambi- Bayanan
Jalur 5 : Magetan-Jogorogo-Ngrambe-Sine-Winong-Sambi-Bayanan
Jalur 6 : Karangpandan-Ngargoyoso-Jenawi-Sambirejo-Sambi-Bayanan
Jalur 7 : Kota Ngawi-Paron- Jogorogo-Ngrambe-Sine-Winong-Sambi-Bayanan (Jalur dari rumah penulis menuju obyek penulisan).

Tabel 7
Tabel Tentang Tiket Masuk Obyek Wisata
TIKET MASUK
Masuk Hari Biasa Rp. 1.000,00
Mandi Hari Biasa Rp. 1.000,00
Masuk Hari Libur Nasional Rp. 1.500,00
Mandi Hari Libur Nasional Rp. 1.500,00
BENTUK TIKET MASUK















3. Sejarah Obyek Wisata Yang Penulis Teliti
Sragen memiliki banyak obyek wisata bernilai religius, historis, dan ekonomi yang tinggi. Karakteristik utama pariwisata di Sragen adalah mengandalkan panorama atau bentang alam yang indah, budaya tradisional yang masih terjaga, disertai dengan ketersediaan pemandu wisata profesional dan berbagai fasilitas berstandar internasional.
Perpaduan antara berbagai obyek wisata yang menarik dan sentuhan manajemen modern berkorelasi positif bagi perkembangan industri pariwisata di Sragen. Pada tahun 2001 hingga 2005, terjadi peningkatan jumlah kunjungan rata-rata 4,61 % per tahun. Kenaikan jumlah kunjungan wisatawan ini tentu berimbas pada naiknya pendapatan dari sektor pariwisata hingga12,30 %.
Beberapa obyek wisata di Sragen antara lain Museum Sangiran, Waduk Kedung Ombo, Pacuan Kuda Nyai Ageng Serang di Ngargotirto, Pemandian air panas Bayanan, wisata religi historis makam Pangeran Samudero di Gunung Kemukus, makam Joko Tingkir, wisata belanja batik di Kliwonan, dan lain sebagainya.
Bagi masyarakat Sragen khususnya dan Jawa Tengah umumnya, sumber air panas Bayanan sudah tidak asing lagi. Kemashyuran tersebut disebabkan oleh karena air panas Bayanan dipercaya menyimpan segudang khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan. Air panas Bayanan diyakini mampu menyembuhkan aneka problem kesehatan, antara lain gatal-gatal, rematik, pegal linu, flu tulang. Bahkan untuk beberapa kasus yang terjadi pada beberapa pengunjung, setelah beberapa kali mandi air panas Bayanan mampu menstabilkan tekanan darah. Pengunjung pemandian air panas Bayanan tidak hanya warga Sragen, tetapi juga berasal dari berbagai daerah. Di obyek wisata pemandian air panas Bayanan disediakan 7 kamar mandi dengan bathub dan kran air yang siap mengalirkan air bersuhu berkisar 36 derajat celcius. Agar sedikit hangat, pengunjung dapat menuangkan ke dalam bathub dengan air dingin yang tersedia. Umumnya, para pengunjung menghabiskan waktu 20 menit untuk mandi atau sekadar berendam.
a) Sejarah Pemandian Air Panas Bayanan
Kurang lebih 100 tahun setelah kedatangan bangsa Belanda di Indonesia, banyak masyarakat di lereng Gunung Lawu bagian utara yang merasa terperas dan tersiksa, karena sebagian besar hasil pertanian mereka harus diserahkan kepada Belanda. Terlebih lagi daerah ini banyak menghasilkan beraneka ragam hasil pertanian yang banyak dibutuhkan oleh Belanda. Banyak kaum penjajah yang datang dan memaksa masyarakat untuk menyerahkan hasil pertanian pada mereka. Oleh karena itu, sebagian masyarakat yang mendiami daerah datar (ngare) menyingkirkan diri ke daerah perbukitan agar selamat atau terhindar dari kejaraan para penjajah. Orang-orang itu kemudian mencari tempat tinggal yang aman, yaitu daerah perbukitan yang tanahnya subur dan dikelilingi oleh tebing/bukit. Mereka yang bermukim di daerah itu berjumlah sekitar tiga sampai tujuh keluarga.
Pada waktu itu daerah tersebut belum bisa disebut sebagai desa karena jumlah penduduknya masih sedikit. Mata pencaharian para penghuninya adalah bercocok tanam dan beternak kerbau karena di daerah itu terdapat banyak kubangan air yang disukai kerbau. Daerah itu tepatnya terletak di sebelah barat laut Gunung Lawu, masih berupa hutan belantara, serta sulit dijangkau manusia. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, orang-orang tersebut bertani dan mengumpulkan hasil hutan. Sedangkan anak-anak membantu para orang tua dengan menggembalakan kerbau di sekitar daerah itu.Ada beberapa keanehan yang dijumpai anak-anak saat mereka menggembalakan kerbau, yaitu kerbau-kerbau tersebut selalu berkubang (gupak-Jawa) di tempat yang sama padahal di tempat lain juga terdapat kubangan air. Setiap kali digembalakan di tempat lain, kerbau mereka selalu menghilang dan setelah dicari pasti sedang berkubang di rawa kecil (embak) yang sama tadi. Meskipun demikian, para penggembala tidak berani mendekat karena lumpur embak tersebut agak dalam dan dikelilingi oleh hutan yang lebat. Maka untuk mengeluarkan kerbau dari tempat itu, mereka harus melemparinya dengan batu dari atas bukit di sebelah timurnya.
Pada waktu-waktu tertentu kerbau mereka sulit dikeluarkan dari kubangan, misalnya waktu udara sangat dingin dan hujan, maka dengan terpaksa para gembala memberanikan diri mendekati kerbau mereka. Ketika mereka menginjakkan kaki di kubangan tersebut, mereka terkejut karena ternyata airnya panas. Setibanya di rumah, anak-anak tersebut menceritidakan keanehan yang baru saja mereka temukan kepada orang tuanya yang bernama Pak Kasan. Kemudian Pak Kasan pergi untuk membuktikan kebenaran cerita anak-anaknya, ternyata airnya betul-betul panas. Pak Kasan pun menceritidakan hal tersebut pada teman-temannya. Kemudian mereka membuat sendang (belik) untuk menampung air panas itu. Karena untuk menjangkau tempat itu sangat sulit maka dibuatlah jembatan kecil dari bambu dan kayu. Salah seorang penghuni kemudian melaporkan hal itu kepada Bekel (lurah-sekarang) yang tinggal jauh dari pemukiman mereka. Dan sejak saat itulah baru diketahui bahwa daerah terpencil itu ditinggali oleh sekelompok orang. Setelah menerima laporan, Bekel (lurah) tersebut kemudian meneruskannya pada orang Belanda yang menguasai pabrik di daerah Pacet pada sekitar tahun 1808 Masehi yang bernama Tuan Praul. Ia adalah seorang pengusaha perkebunan kopi dan serat nanas, selain itu ia juga mendirikan pabrik penggilingan kopi di Pacet yang sekarang menjadi Desa Sambi, Kecamatan Sambirejo.
Mendengar laporan itu, Tuan Praul tertarik dan ingin melihat dari dekat, mungkin saja di daerah tersebut terkandung zat tertentu yang bisa bermanfaat untuk kepentingan Belanda. Maka Tuan Praul mengerahkan buruhnya untuk membuat jalan setapak menuju embak. Ketika ia sedang meninjau embak itu, salah seorang penghuni mendekat dan berkata padanya, “Tuan, saya bermimpi yang seolah-olah nyata terjadi. Dalam mimpi tersebut, saya mendapat pesan (penget) supaya embak ini diberi tumbal sebuah gong yang berasal dari daerah Ponorogo yang namanya Kyai Bayan”. Lalu Tuan Praul berkata, “Jika kamu benar, coba cari gong itu ke Ponorogo, tanyakan siapa yang memiliki Kyai Bayan”.Kemudian berangkatlah orang itu untuk mencari gong yang dimaksud.
Setelah sampai di Ponorogo, ia menelusuri desa-desa sambil bertanya pada masyarakat yang dilaluinya tentang keberadaan gong tersebut. Akhirnya sampailah ia di suatu desa yang terletak di lereng Gunung Wilis. Salah satu penduduk desa tersebut, Mbah Jogonegoro, diberitidakan mempunyai gong yang sangat ampuh dibandingkan gong-gong yang lain. Setelah orang tersebut berjumpa dengan Mbah Jogonegoro, ia menceritidakan mimpi yang dialaminya. Mendengar cerita tersebut, Mbah Jogonegoro menjawab, “Saya juga mengalami mimpi yang sama seperti yang Anda maksud, hanya daerah yang akan diberi tumbal tidak jelas, mungkin ya daerah Anda itu”. Mbah Jogonegoro akhirnya merelakan gongnya untuk dijadikan tumbal, hanya saja ia berpesan, “Dalam perjalanan ke daerah yang akan diberi tumbal, gong ini jangan diangkut dengan alat/kendaraan apapun, kecuali dibawa oleh manusia dan daerah yang akan diberi tumbal hendaknya diberi nama sesuai dengan nama gong tersebut. Sedangkan pada waktu menanamkan supaya diarak oleh paling sedikit tujuh orang gadis, serta diadakan selamatan di tempat tersebut waktu menanamnya”. Maka kemudian daerah itu dinamakan Dukuh Bayan dan sekarang diambil luwesnya menjadi Bayanan.
Sesudah diberi tumbal, sumber air panas yang semula tersebar dimana-mana akhirnya tinggal beberapa saja yang besar dan mengalir dengan teratur. Kemudian di tempat mereka mengadakan selamatan tersebut dibangunlah sebuah rumah kecil dan sampai sekarang tempat tersebut dianggap keramat oleh penduduk setempat. Di tempat itu pula sering diadakan upacara adat yang diawali dengan selamatan / kenduri setiap habis panen pada hari Jum’at Legi. Sedangkan oleh Tuan Praul (pengusaha pabrik kopi di Pacet) sumber air yang besar dibuatkan pondasi permanen dengan ukuran kurang lebih 1,5 M2 yang sampai sekarang masih dapat dilihat pada dasar bak tandon air panas. Orang-orang yang sering mandi pada belik/sendang air panas itu merasakan bahwa gatal-gatal yang mereka derita (bubul-Jawa) dapat sembuh. Selain itu ketika mereka merasa lelah setelah seharian bekerja keras, mereka segera merasa segar kembali dengan mandi menggunakan air hangat tersebut. Maka banyak orang pada waktu itu yang menjadi percaya bahwa air tersebut mengandung khasiat yang bisa menyembuhkan penyakit, lalu orang menyebutnya “Hyang Tirto Nirmolo” atau air penyembuh penyakit, (hyang: yang menunggu, tirto: air, nirmolo: penyakit). Ternyata sampai sekarang banyak orang yang berdatangan ke tempat ini untuk memperoleh kesembuhan dari penyakit kulit, rematik, flu tulang, pusing-pusing, dan sebagainya. Selain itu ternyata mandi air panas baik pula untuk memulihkan kebugaran badan.
b) Penyelidikan Ilmiah
Melalui penyelidikan ilmiah diketahui bahwa panasnya air dan zat yang terkandung di dalamnya diduga berasal dari sentuhan magma (panas bumi) yang menyentuh sumber air tanah yang sangat dalam dan sampai terasa di permukaan sebagai sumber air panas. Panasnya air tepat pada sumbernya + 44 0C, dan setelah sampai permukaan di bak kamar mandi menjadi + 36 0C, sesuai dengan suhu badan manusia, sehingga akan terasa enak dan nyaman untuk mandi. Penyelidikan yang dilakukan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta menunjukkan adanya banyak unsur/senyawa kimia yang terkandung dalam sumber air panas Bayanan antara lain belerang (Sulfur).
c) Eksotika Hyang Tirto Nirmolo
Obyek wisata pemandian air panas Bayanan semula merupakan bekas tempat tetirah para orang kaya Belanda semasa kolonial yang dibangun tahun 1808 oleh Tuan Praul, salah satu saudagar Belanda terkemuka saat itu. Setelah berada di bawah pengelolaan pemerintah RI, pada tahun 1978, pemandian sumber air panas Bayanan direnovasi. Setahun kemudian sumber air panas Bayanan diresmikan sebagai obyek wisata dan di bawah pengelolaan Pemkab Dati II Sragen.
Namun mitos yang dipercaya penduduk desa di sekitar sumber air panas itu menyebutkan bahwa sumber air panas tersebut dijaga oleh makhluk halus berkekuatan magis. Makhluk itu bernama Hyang Tirto Nirmolo dan suka menolong menyembuhkan orang sakit. Penduduk setempat merasakan bahwa gatal-gatal (bubul-jawa) capek setelah bekerja berat dapat segera sembuh dan segar kembali usai mandi dengan air Bayanan. Oleh sebab itu, sebuah rumah kecil dibangun untuk lokasi upacara adat. Di bangunan yang sekarang dianggap keramat tersebut rutin diadakan upacara merayakan panen. Tradisi turun temurun itu biasanya berlangsung pada hari Jumat Legi dalam penanggalan Jawa.
d) Ramuan Dahsyat Air Panas Bayanan
Penulisan yang dilakukan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta menemukan bahwa panas air Bayanan berasal dari suhu yang dihasilkan magma cair. Panas dari magma menyentuh dasar sumber air tanah di kedalaman tertentu. Suhu air yang menjadi panas tetap terbawa hingga memancar di permukaan dan menjadi sumber air panas. Menurut pengukuran yang dilakukan, suhu air tepat di titik sumber mencapai 44 derajat Celcius. Setelah dialirkan dalam bak mandi, suhu air menjadi 36o C, sesuai dengan panas badan manusia. Inilah yang menyebabkan air panas Bayanan terasa enak dan nyaman untuk mandi.
Hasil penulisan tersebut juga menunjukkan adanya banyak unsur/senyawa kimia yang terkandung dalam sumber air panas Bayanan. Kandungan senyawa tersebut bisa dilihat dalam hasil analisa Laboratorium Kimia yang dilakukan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunung apian Yogyakarta.
Penulisan juga mencatat adanya keunikan yang ada di sumber air panas Bayanan. Air panas yang memancar keluar letidaknya dua meter di atas sebuah sungai, yang letidaknya hanya bersebelahan. Air panas tersebut tidak merembes ke aliran sungai. Selain itu, bila mandi di waktu pagi, sore, dan malam hari, suhu air bertambah panas sehingga keringat banyak keluar. Namun, bila mandi di siang hari, suhu air menurun sehingga keringat tidak banyak keluar.
Bisa jadi, berbagai keunikan tersebut membuat air panas Bayanan memiliki banyak khasiat bagi kesehatan. Menurut sang juru kunci, Rejo Utomo, pengunjung yang berdatangan banyak yang telah membuktikan keampuhan air panas Bayanan. Berbagai penyakit kulit tersembuhkan. Bahkan mampu mengatasi rematik, menurunkan kadar kolesterol, memulihkan kebugaran tubuh, meningkatkan vitalitas, memelihara kesegaran sendi dan otot, dan menambah awet muda.
Khasiat air panas Bayanan dan lingkungan hutan yang asri lagi berudara segar, merupakan kombinasi tepat untuk mengembangkan wisata mandi rempah-rempah. Pengembangan tersebut semakin mudah dilakukan mengingat pemandian air panas Bayanan telah dilengkapi berbagai sarana, antara lain tujuh kamar mandi lengkap dengan bathtub, kolam renang, taman bermain untuk anak-anak, dan lain sebagainya.
Di sekitar Bayanan banyak ditumbuhi perkebunan karet yang lebat, terutama di Kecamatan Kedawung. Perkebunan karet ini cocok digunakan sebagai lokasi perkemahan, olahraga luar ruang atau outbond. Potensi yang dapat dikembangkan adalah membuat arena permainan atau olahraga berbasis alam. Bisa juga dikembangkan sebagai arena permainan perang-perangan (war game) beserta perlengkapannya (skirmish) dengan menggunakan air soft gun dan painting ball.

C. Penyajian Data, Analisis Data, dan Pengujian Data
1. Penyajian Data
Penduduk desa Jambeyan berdasarkan data monografi desa berjumlah 4.426 orang. Dengan ketentuan jumlah laki-laki 2.174 orang, sedangkan perempuan berjumlah 2.252 orang. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini diambil 20 remaja terambil secara acak dari laki-laki 452 dan perempuan 466, jumlah keseluruhan remaja 918 yang tinggal di Desa Jambeyan.
Sedangkan informan yang penulis interview adalah berjumlah 8 orang, penulis mengambil berdasarkan tanggal, dengan orang yang telah menjadi responden, tempat, dan jam/waktu.
Alasan penulis mengambil responden tersebut karena adanya korelasi aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja yang ada di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Maka dari itu, penulis mengambil sampel dari para remaja yang ada di Desa Jambeyan secara langsung yang mana sampel tersebut penulis menggunakan angket untuk mendapatkan data yang penulis perlukan.
Selanjutnya penulis sajikan tabel gambaran umum informan yang telah penulis interview, dengan harapan agar lebih mudah dipahami, yaitu sebagai berikut:
Tabel 8
Tentang Gambaran Umum Informan
Yang Telah Diinterview

No TANGGAL DENGAN TEMPAT JAM
1 7 Mei 2010 Penjual makanan Di warung obyek wisata 10.45
2 7 Mei 2010 Kepala Desa / Lurah Di rumah 14.35
3 8 Mei 2010 Masyarakat Di rumah 08.07
4 8 Mei 2010 Penjual makanan Di warung obyek wisata 13.20
5 8 Mei 2010 Pengelola wisata Di kantor obyek wisata 14.47
6 8 Mei 2010 Bapak carik Di rumah 16.32
7 8 Mei 2010 Ibu carik/Bidan Di rumah 16.32
8 9 Agust 2010 Penjaga pemandian air panas Di mushola obyek wisata 10.40


Sesuai dengan pandangan pada bab II yang telah penulis paparkan, yang menjadi pokok pembahasan tentang korelasi aktivitas Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja adalah adanya sebab akibat yang bersifat negatif seperti halnya tentang adanya penginapan yang dijadikan tempat pelacuran, minum-minuman keras dan miras yang dijual secara bebas. Yang mana penulis membahas tentang seberapa besar korelasi akibat yang ada terhadap akhlak para remaja tersebut.
Selanjutnya dalam pembahasan ini penulis sajikan hasil-hasil penulisan yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dan angket. Sajian hasil penulisan ini peneliti sajikan secara berurutan sesuai dengan aspek-aspek penulisan yang telah peneliti pilih. Pertama penulis awali dari aspek seberapa besar korelasi akhtivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap akhlak remaja (X), kemudian gambaran akhlak remaja yang ada di Desa Jambeyan (Y). Dari pendapat responden dapatlah penulis sampaikan bahwa mereka mempunyai pendapat yang kurang lebih sama sebagai berikut, bahwasanya korelasi aktivitas obyek wisata pemandian air panas bayanan terhadap akhlak remaja menimbulkan akibat yang negatif yaitu dalam hal perbuatan asusila yang sering terjadi, kemudian mabuk-mabukkan yang dilakukan para remaja ketika ada acara perayaan, seperti dangdut atau yang lainnya, dan juga cara berpakaian yang kurang baik dari kalangan para remaja kususnya bagi kaum perempuan.
Untuk memperoleh data tentang bagaimana akhlak para remaja yang ada di Desa Jambeyan penulis menggunakan metode angket, yaitu menyebarkan kepada para remaja. Untuk masing-masing data dengan 3 alternatif jawaban yang nilainya sebagai berikut:
a. Alternatif Jawaban “a” diberi skor 3 dengan kategori “Korelasi kuat”
b. Alternatif jawaban “b” diberi skor 2 dengan kategori “Korelasi sedang”
c. Alternatif jawaban “c” diberi skor 1 dengan kategori “Tidak ada korelasi”
Untuk lebih jelasnya mengenai hasil angket yang diperoleh dari responden maka datanya adalah sebagai berikut:
Hasil Angket Tentang Korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen
Tabel 9
Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan (Variabel X) dan Akhlak Remaja (Variabel Y)
Responden JENIS PERTANYAAN ∑
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Variabel X 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 49
2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 49
3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 55
4 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 54
5 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 1 2 2 3 3 2 50
6 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 1 3 3 3 2 2 2 48
7 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 1 3 3 3 3 2 2 48
8 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 46
9 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 48
10 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 47
Variabel Y 11 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 48
12 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 52
13 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 53
14 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 53
15 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 50
16 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 50
17 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 51
18 1 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 1 3 3 2 2 47
19 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 48
20 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 50
JUMLAH 37 53 54 50 55 54 49 49 49 50 48 56 51 41 46 46 54 55 52 47 996

2. Analisis Data
Seluruh data terkumpul, baik tentang Korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen, maka selanjutnya adalah tahap menganalisa.
a. Analisa tentang Angket yang berhubungan dengan Korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan
Tabel 10
Apakah saudara/saudari pernah mencoba membeli minuman keras

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
1 a. Ya 4 20 %
b. Tidak 16 80 %
c. Tidak Samasekali - -
Total 20 100 %

Apakah saudara/saudari pernah mencoba membeli minuman keras, dalam pertanyaan ini tergolong Korelasi sedang, karena 20% dari mereka menjawab ya dan 80% menjawab tidak sedangkan yang menjawab tidak samasekali tidak ada.
Dari hasil observasi dan interview yang peneliti dapatkan maka peneliti dapat menjabarkan bahwasanya ada beberapa responden yang menyatakan bahwa besar sekali korelasi yang dibawa aktivitas obyek wisata terutama pada penjualan minuman keras secara bebas.
Tabel 11
Apakan saudara/saudari pernah merasakan minuman keras

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
2 a. Ya 7 35 %
b. Tidak 13 65 %
c. Tidak Samasekali - -
Total 20 100 %

Apakan saudara/saudari pernah merasakan minuman keras, tergolong korelasi sedang, karena 35% dari mereka menjawab ya, 45% dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab dari tidak samasekali tidak ada.



Tabel 12
Apakah saudara/saudari pernah melakukan tindakan asusila (seperti ciuman, pelukan atau bahkan lebih dari yang saya sebutkan)

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
3 a. Ya 13 65 %
b. Tidak 7 35 %
c. Kurang baik - -
Total 20 100 %

Apakah saudara/saudari pernah melakukan tindakan asusila (seperti ciuman, pelukan atau bahkan lebih dari yang saya sebutkan), tergolong korelasi kuat, karena 65% dari mereka menjawab ya, 35% dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab tidak samasekali tidak ada.
Dari hasil interview yang dilakukan oleh peneliti tentang apakah aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan baik untuk remaja Jambeyan, dari pernyataan yang telah dikatakan oleh responden, mereka mengatakan sebenarnya kalau pengelolaan obyek wisata itu baik dan ada penolakan masuknya kebudayaan luar seperti pelacuran, mabuk-mabukan maka tidak ada masalah dan akan baik bagi para remaja untuk mengembangkan kesenian atau yang lainnya.








Tabel 13
Apakah aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan baik untuk Remaja Jambeyan

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
4 a. Ya 2 10%
b. Tidak 14 70 %
c. Tidak Samasekali 4 20 %
Total 20 100 %

Apakah aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan baik untuk Remaja Jambeyan, korelasi sedang karena 70% dari mereka menjawab tidak, 20% dari mereka menjawab tidak samasekali dan yang menjawab ya 10%.
Tabel 14
Apakah saudara/saudari mendukung dengan aktivitas Objek Wisata pemandian Air Panas Bayanan yang bersifat negatif

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
5 a. Ya - -
b. Tidak 18 90%
c. Tidak Samasekali 2 10%
Total 20 100 %

Apakah saudara/saudari mengetahui tentang Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan yang bersifat negatif maupun positif, tergolong korelasi sedang karena 90% dari mereka menjawab tidak, 10% dari mereka menjawab tidak samasekali.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari responden mengatakan kegiatan obyek wisata yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif, akan tetapi mereka mengatakan bahwa lebih besar jumlah nilai negatif daripada positifnya, karena ada penyalahgunaan obyek wisata.
Tabel 15
Apakah saudara/saudari mengetahui tentang aktivitas Objek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan, (yang bersifat negatif maupun positif)

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
6 a. Ya 20 100%
b. Tidak - -
c. Tidak Samasekali - -
Total 20 100 %

Apakah saudara/saudari mengetahui tentang aktivitas Objek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan, (yang bersifat negatif maupun positif), tergolong korelasi kuat karena 100% dari mereka menjawab ya, tidak ada dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab tidak samasekali tidak ada.
Dari hasil angket dan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas remaja yang sekarang tidak mengetahui tentang aktivitas Objek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan, (yang bersifat negatif maupun positif). menghindar dari aktivitas yang bersifat negatif akantetapi mereka malah mengikutinya.
Tabel 16
Apakah saudara/saudari menghindar/menjauh dari aktivitas Objek Wisata yang bersifat negatif

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
7 a. Ya 20 100%
b. Tidak - -
c. Tidak Samasekali - -
Total 20 100 %

Apakah saudara/saudari menghindar/menjauh dari aktivitas Objek Wisata yang bersifat negatif, tergolong korelasi kuat karena dari mereka semua menjawab ya, yaitu terdapat 100% responden yang menjawab.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa mayoritas remaja yang sekarang tidak menghindar dari aktivitas yang bersifat negatif akantetapi mereka malah mengikutinya.
Tabel 17
Apakah saudara/saudari pernah malakukan pencegahan pada aktivitas Objek Wisata pemandian Air Panas Bayanan yang bersifat negatif

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
8 a. Ya - -
b. Tidak - -
c. Tidak Samasekali 20 100%
Total 20 100 %

Apakah saudara/saudari pernah malakukan pencegahan pada aktivitas Objek Wisata pemandian Air Panas Bayanan yang bersifat negatif, tergolong tidak ada korelasi karena 100% dari mereka menjawab tidak samasekali, yang menjawab ya dan tidak tidak ada.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti ditemukan fakta bahwa pernah ada tindakan terhadap aktivitas obyek wisata yang bersifat negatif akan tetapi tidak berhasil dan kemudian sampai sekarang tidak ada tindakan lagi sehingga aktivitas yang seharusnya tidak berkelanjutan sekarang malah menjamur.
Tabel 18
Apakah ada kebudayaan luar (misalnya mabuk, judi, perbutan asusila maupun pelacuran) yang ada di Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
9 a. Ya 20 100%
b. Tidak - -
c. Tidak Samasekali - -
Total 20 100 %
Apakah ada kebudayaan luar (misalnya mabuk, judi, perbutan asusila maupun pelacuran) yang ada di Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan, tergolong berkorelasi kuat, karena 100% dari mereka menjawab ya, dan dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab tidak samasekali tidak ada.


Tabel 19
Kalau ada apakah saudara/saudari menghindar/menjauh dari kebudayaan luar tersebut

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
10 a. Ya 17 85%
b. Tidak 3 15%
c. Tidak Samasekali - -
Total 20 100%

Kalau ada apakah saudara/saudari menghindar/menjauh dari kebudayaan luar tersebut, tergolong korelasi kuat karena 17% dari mereka menjawab ya dan 15% dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab tidak samasekali tidak ada.
Dari hasil observasi dan interview yang peneliti lakukan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada usaha dari pemerintah untuk mencegah aktivitas obyek wisata yang bersifat negatif, dan aktifitas tersebut sangat berkorelasi terhadap akhlak para Remaja yang ada di Desa Jambeyan tersebut.
b. Angket yang berhubungan dengan Akhlak Remaja
Tabel 20
Apakah saudara/saudari pernah belajar tentang matapelajaran akhlak

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
11 a. Ya 20 100%
b. Tidak
c. Tidak Samasekali - -
Total 20 100 %

Apakah saudara/saudari pernah belajar tentang matapelajaran akhlak, tergolong korelasi kuat karena 100% dari mereka menjawab ya, dan dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab tidak samasekali tidak ada.
Tabel 21
Apakah saudara/saudari pernah melakukan perbuatan yang sekiranya melanggar agama, misalnya mabuk, judi, berbuat asusila atau yang lainnya

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
12 a. Ya - -
b. Tidak 11 55%
c. Tidak Samasekali 9 45%
Total 20 100 %

Apakah saudara/saudari pernah melakukan perbuatan yang sekiranya melanggar agama, misalnya mabuk, judi, berbuat asusila atau yang lainnya, tergolong korelasi sedang karena 55% dari mereka menjawab tidak, 45% dari mereka menjawab tidak samasekali dan yang menjawab tidak, tidak ada.
Dari hasil observasi dan interview yang peneliti lakukan maka dapat disimpulkan bahwa akhlak remaja yang ada di desa Jambeyan terancam dari dulu, karena sejak tahun 2001 para Pekerja Seks Komersial sudah mulai beroperasi bahkan sekarangpun berkembang pesat, hal ini sangat berkorelasi pada akhlak remaja dan kebudayaan luar sekarang juga sudah melekat di badan para remaja yang ada di Desa Jambeyan.
Tabel 22
Jika saudara/saudari pernah melakukan perbuatan yang melanggar agama, apakah orang tua saudara/saudari mengetahuinya

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
13 a. Ya - -
b. Tidak 14 70%
c. Tidak Samasekali 6 30%
Total 20 100 %

Jika saudara/saudari pernah melakukan perbuatan yang melanggar agama, apakah orang tua saudara/saudari mengetahuinya, apakah saudara/saudari pernah melakukan upaya pencegahan, tergolong korelasi sedang karena 70% dari mereka menjawab tidak, 30% dari mereka menjawab tidak samasekali dan yang menjawab ya tidak ada.
Tabel 23
Apakah saudara/saudari pernah ditegur orang tua ketika ketahuan melakukan perbuatan yang sekiranya melanggar agama

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
14 a. Ya 4 20%
b. Tidak 12 60%
c. Tidak Samasekali 4 20%
Total 20 100 %

Apakah saudara/saudari pernah ditegur orang tua ketika ketahuan melakukan perbuatan yang sekiranya melanggar agama, tergolong korelasi sedang, karena 20% dari mereka menjawab ya, 60% dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab samasekali 20%.

Tabel 24
Apakah dengan adanya Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan dapat menyebabkan akibat negatif terhadap akhlak remaja

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
15 a. Ya 6 30%
b. Tidak 13 65%
c. Tidak Samasekali 1 5%
Total 20 100 %

Apakah dengan adanya Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan dapat menyebabkan akibat negatif terhadap akhlak remaja, tergolong korelasi sedang karena 30% dari mereka menjawab ya, 65% dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab tidak samasekali 5%.
Tabel 25
Jika aktivitas objek wisata dapat menyebabkan akibat negatif terhadap Akhlak Remaja, apakah saudara/saudari pernah melakukan upaya pencegahan

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
16 a. Ya - -
b. Tidak 9 45%
c. Tidak Samasekali 11 55%
Total 20 100 %

Jika aktivitas objek wisata dapat menyebabkan akibat negatif terhadap Akhlak Remaja, apakah saudara/saudari pernah melakukan upaya pencegahan, tergolong tidak ada korelasi karena 45% dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab ya tidak ada dan mereka menjawab tidak samasekali 55%.

Tabel 26
Apakah akhlak remaja di Desa Bayanan baik

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
17 a. Ya 12 60%
b. Tidak 8 40%
c. Kurang - -
Total 20 100 %

Apakah akhlak remaja di Desa Bayanan baik, tergolong korelasi kuat karena 60% dari mereka menjawab ya, 40% dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab kurang tidak ada.
Tabel 27
Apakah saudara/saudari pernah mengingatkan teman ketika teman melakukan perbuatan yang tidak baik

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
18 a. Ya 15 75%
b. Tidak 5 25%
c. Tidak Samasekali - -
Total 20 100 %

Apakah saudara/saudari pernah mengingatkan teman ketika teman melakukan perbuatan yang tidak baik, tergolong korelasi kuat karena 75% dari mereka menjawab ya, 25% dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab tidak samasekali tidak ada.


Tabel 28
Apakah ada tindakan dari pemerintah untuk memberantas kebudayaan luar yang bersifat negatif yang ada di obyek wisata agar akhlak remaja tidak terpengaruh pada obyek wisata yang bersitaf negatif

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
19 a. Ya 15 75%
b. Tidak 5 25%
c. Tidak Samasekali - -
Total 20 100 %

Apakah ada tindakan dari pemerintah untuk memberantas kebudayaan luar yang bersifat negatif yang ada di obyek wisata agar akhlak remaja tidak terpengaruh pada obyek wisata yang bersitaf negatif, tergolong korelasi kuat karena 75% dari mereka menjawab ya, 25% dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab tidak samasekali tidak ada.
Tabel 29
Apakah ada tindakan dari tokoh masyarakat untuk membimbing remaja Bayanan agar akhlak remaja tidak terpengaruh pada obyek wisata yang bersitaf negatif

No Alternatif Jawaban Frekwensi Persen (%)
20 a. Ya 18 90 %
b. Tidak 2 10 %
c. Tidak Samasekali - -
Total 20 100 %

Apakah ada tindakan dari tokoh masyarakat untuk membimbing remaja Bayanan agar akhlak remaja tidak terpengaruh pada obyek wisata yang bersitaf negatif, tergolong korelasi kuat karena 90% dari mereka menjawab ya, 10% dari mereka menjawab tidak dan yang menjawab tidak samasekali tidak ada.
c. Kerangka Teori
Untuk mengetahui Korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen, maka hasil tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus rata-rata (mean) dan selanjutnya dicari prosentasinya dengan rumus prosentase.
Adapun rumus tersebut adalah:
1) Rumus untuk mencari mean

Keterangan:
Mx = Mean yang dicari dari variabel x
My = Mean yang dicari dari variabel y
∑x = Jumlah skor variabel x
∑y = Jumlah skor variabel y
N = Banyaknya responden




2) Rumus prosentase

Dari rumus tersebut kita dapat mencari nilai mean dari variabel x dan variabel y, sebagai berikut :





Agar lebih mudah untuk mengetahui dan memahami nilai yang termasuk rata-rata hasil angket tentang aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan (Variabel X) dan akhlak remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen (Variabel Y), maka penulis buatkan tabel sebagai berikut:
Tabel 30
Tabulasi Untuk Mengetahui Hasil Angket Tentang Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan (Variabel X) dan Akhlak Remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen (Variabel Y)

NO SKOR VARIABEL X SKOR VARIABEL Y MEAN (X) MEAN (Y)
1 49 48 - +
2 49 52 - -
3 55 53 + +
4 54 53 + +
5 50 50 + +
6 48 50 - -
7 48 51 - -
8 46 47 - -
9 48 48 - -
10 47 50 - -
11 48 53 - +
12 52 51 + +
13 53 52 + +
14 53 46 + -
15 50 49 + +
16 50 52 + +
17 51 47 + -
18 47 46 - -
19 48 47 - -
20 50 53 + +

Setelah mengetahui nilai rata-rata hasil angket tentang Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan dan Akhlak Remaja, langkah selanjutnya adalah memasukkan ke dalam tabel prosentase dengan menggunakan rumus prosentase.
Tabel 31
Distribusi Skor Korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja

No Interval Frekwensi Persen (%)
1 46 1 5 %
2 47 4 20 %
3 48 5 25 %
4 49 3 15 %
5 50 2 10 %
6 51 1 5 %
7 52 2 10 %
8 53 1 5 %
9 54 1 5 %
10 55 0 0
Total 20 100 %

Dari jawaban tersebut, data menunjukkan nilai harapan terendah adalah 46 dan nilai tertinggi adalah 55, dengan demikian rentangan (range) antara nilai tertinggi dan terendah adalah 9. Berdasarkan nilai range tersebut dan besar jumlah interval ditentukan 9 : 3 = 3. Distribusi frekuensi dari sub variabel Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja menurut responden adalah sebagai berikut:


Tabel 32
Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan

No Interval Kriteria F %
1 45-48 a. Ya 10 50%
2 49-52 b. Tidak 8 40%
3 53-55 c. Tidak Samasekali 2 10%
Total 20 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi Korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan secara umum bahwa sebanyak 50% atau 10 orang responden dari 20 sampel menyatakan kurang baik atau dibilang korelasi kuat.



Gambar 1
Grafik Korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan


Jadi, dapat disimpulkan bahwa korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan dapat dikategorikan korelasi kuat, hal ini dapat dibuktikan dari nilai yang diperoleh sebanyak 50% responden remaja yang ada di desa Jambeyan dalam hal ini menjawab bahwa aktivitas Obyek Wisata memang dapat menimbulkan hubungan yang negatif terhadap akhlak remaja, 40% responden remaja mengatakan korelasi sedang, dan 10% responden mengatakan tidak ada korelasi.
Setelah hasil analisa, langkah selanjutnya adalah mencari tahu ada tidaknya korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan dengan menggunakan rumus korelasi product moment, karena penulis mengambil sampel kurang dari 30 maka penulis menggunakan cara mencari (menghitung dan memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" prosuct moment untuk data tunggal, di mana N kurang dari 30, dengan tidak usah menghitung deviasi standarnya). Adapun hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 33
Tabulasi Hasil Angket Tentang korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen

Subjek X Y x y x2 y2 xy
1 49 48 -1 -1 1 1 -1
2 49 52 -1 -1 1 1 1
3 55 53 5 6 25 36 30
4 54 53 4 5 16 25 20
5 50 50 0 0 0 0 0
6 48 50 -2 -3 4 9 6
7 48 51 -2 -1 4 1 2
8 46 47 -3 -3 9 9 9
9 48 48 -2 -3 4 9 6
10 47 50 -3 -5 9 25 15
11 48 53 -2 4 4 16 -8
12 52 51 2 2 4 4 4
13 53 52 3 3 9 9 9
14 53 46 3 -3 9 9 -9
15 50 49 0 0 0 0 0
16 50 52 0 3 0 9 0
17 51 47 1 -2 1 4 -2
18 47 46 -3 -3 9 9 9
19 48 47 -2 -2 4 4 4
20 48 53 0 4 0 16 0
N=20 ∑x=995 ∑y=998 0 0 ∑x2=113 ∑y2=194 ∑xy=95


Langkah selanjutnya adalah memasukkan data ke dalam rumus korelasi product moment.

Diketahui :
N = 20
∑xy = 95
∑x2 = 113
∑y2 = 194

Ditanya : rxy
Jawab :







3. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hipotesa yang ada menyatakan bahwa terdapat korelasi yang negatif antara aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja, maka pernyataan tersebut dapat dibuktikan kebenarannya berdasarkan hasil analisa korelasi product moment yang menghasilkan harga koefisien korelasi rxy sebesar 0,641. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan cara sebagai berikut:
a. Interpretasi Secara Sederhana
Dari hasil di atas, diperoleh nilai rxy sebesar 0,641 jika diperhatikan angka indeks yang diperoleh itu bertanda positif, ini berarti korelasi antara variabel X (Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas) dan variabel Y (Akhlak Remaja) terdapat hubungan serah dengan istilah lain terdapat korelasi yang positif antara keduanya.
Selanjutnya apabila rxy yang diperoleh yaitu 0,641 dikonsultasikan dengan ancer-ancer yang dikemukakan oleh Anas Sudjono ternyata 0,40-0,70 maka berarti ada korelasi antara variabel X dan variabel Y yang korelasinya tergolong sedang atau cukup. Dengan demikian secara sederhana dapat diinterpretasikan nilai rxy tersebut, ada korelasi Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan, meskipun korelasi tersebut tergolong sedang atau cukup.


b. Interpretasi Dengan Menggunakan Tabel Nilai “ r ” Product Moment.
Df = n – nr = 25 – 2 = 23. Jika dikonsultasikan dengan tabel nilai “r“ pada taraf signifikan 1% diperoleh r tabel sebesar 0,505. Ternyata rxy yang besarnya 0,641 adalah lebih besar dari r tabel besarnya 0,505. Karena rxy lebih besar dari r tabel, maka hipotesa nol (H0) ditolak. Berarti terdapat korelasi positif yang signifikan antara Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan.
Kesimpulannya, baik dan buruknya Akhlak Remaja Jambeyan tergantung pada Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan, dimana ketergantungan itu sifatnya searah.
Jadi, dari kedua cara tersebut dapat dibuktikan kebenaran hipotesa yang telah dirumuskan, yaitu terdapat korelasi yang negatif antara Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan terhadap Akhlak Remaja, meskipun korelasi tersebut bersifat sedang atau cukup.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada, yaitu:
1. Bahwa aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan berkorelasi negatif terhadap Akhlak Remaja. Hal ini disebabkan adanya kegiatan atau aktivitas yang tidak semestinya ada pada obyek wisata seperti halnya penginapan yang dijadikan kedok untuk praktik para Pekerja Seks Komersial kemudian minuman keras yang dijual secara bebas. Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan ini menurut para responden yang telah peneliti interview faktanya lebih ramai malam daripada siang, ini disebabkan karena para pengunjung yang datang di Obyek Wisata tidak bertujuan untuk mencari hiburan di obyek wisatanya akan tetapi bertujuan untuk berkunjung di penginapannya, selain itu juga setiap malam sering dijadikan tempat setrategis untuk mabuk-mabukkan bagi golongan mulai dari remaja sampai orang tua.
2. Akhlak Remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen adalah kurang baik, artinya para remaja masih terpengaruh terhadap aktivitas yang telah ada di obyek wisata, misalnya mereka terkadang masih mabuk-mabukkan, kemudian dilihat dari cara berpakaian khususnya bagi remaja putri, mereka masih terbawa dengan kebudayaan luar yang mana dapat peneliti lihat dari akhlak dalam hal berpakaian dan juga pergaulan bebas antara kaum laki-laki dan perempuan. Hal ini juga terbukti dengan nilai di atas rata-rata mencapai 50% dari hasil angket yang telah diberikan kepada Remaja Jambeyan.
3. Berdasarkan hasil penelitian ternyata dapat ditemukan adanya korelasi antara Aktivitas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan Terhadap Akhlak Remaja di Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Dapat digambarkan bahwa aktivitas obyek wisata terdapat korelasi yang kuat terhadap akhlak remaja, hal ini dapat dibuktikan dengan penghitungan hasil angket yang telah peneliti berikan kepada remaja dan dijabarkan pada bab IV, secara sederhana dapat diinterpretasikan nilai rxy meskipun korelasi tersebut tergolong sedang atau cukup dapat digolongkan pada tingkat negatif, karena “r” kerja 0,641 terletak antara 0,40-0,70. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan “r” kerja lebih besar dari “r” tabel Product Moment yaitu 0,641>0,505. dan juga terbukti dengan nilai di atas rata-rata mencapai 50% dari hasil angket yang telah diberikan kepada Remaja Jambeyan.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran semoga dapat berguna bagi semua pihak, khususnya para remaja dan seluruh masyarakat Desa Jambeyan, sebagai berikut:
1. Semestinya dilihat dari aktivitas yang ada di obyek wisata pemandian air panas bayanan yang bersifat negatif seharuhnya ada tindakan dari masyarakat, pemerintah dan juga pengelola obyek wisata untuk menindak agar aktivitas yang bersifat negatif tersebut tidak semakin berkembang dan obyek wisatapun tidak dipandang jelek dari kota luar.
2. Diharapkan kepada seluruh remaja maupun yang lainnya, hendaknya menghindar/menjauh dari perbuatan yang melanggar agama, seharusnya kita mengikuti jejak dari Nabi kita yaitu Nabi Muhammad, seperti halnya yang telah dijelaskan dalam Q.S. Al-Qalam ayat 4 yang berbunyi: Oleh karena itu tidak heranlah jika Allah sendiri memuji Rasulullah SAW dalam Al-Quran dengan firman-Nya: “Sesungguhnya Engkau (Muhammad) mempunyai akhlak yang sangat agung”.
3. Mengenai aktivitas yang ada di obyek wisata yang berakibat negatif terhadap Akhlak Remaja penulis hanya bisa memberikan saran agar masyarakat, pengelola obyek wisata dan pemerintah menyaring budaya luar yang bersifat negatif yang masuk di Obyek Wisata dan juga dari seluruh masyarakat bisa menjaga dan memantau anak-anak meraka agar tidak terjerumus pada aktivitas negatif dan mengarahkan kepada yang positif.





DAFTAR PUSTAKA



Al Athiyah Abrasyi, Muhammad, 1974, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Al-Ghazali, Imam, Ihya’ Ulum Al-Din, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.).

Al-Ghazali, Imam, Ihya’ Ulum Al-Din, Jilid III, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Ali Rajab, Mansur, 1961, Ta’ammulat Fi Filsafah al-Ahlak, Mesir: Maktabah al-Anjalu al-Mishriyah.

Ali, Mohammad, 2006, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anis, Ibrahim, 1972, Al-Mu’jam Al-Wasith, Mesir: Dar al-Ma’arif.

Anwar, Dessy, 2003, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia.

Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian Praktis, Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Bandem, I Made, (28 Desember 1998), Peranan Seni dan Budaya Dalam Pengembangan Pariwisata. Makalah Evaluasi Akhir Tahun Pariwisata 1998 BPP – PHRI dan FDP.

Debdikbud, 1967, Kamus Besar Bahasa Indonesi, Jakarta: Balai Pustaka.

Djaali, 2009, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Hadi, Sutrisno, 1991, Metodologi Researc, Yogyakarta: Andi Offset, Jilid II, Cet, Ke XX.

Hasbi Lawrens, Burhani MS, Kamus Ilmiah Popular Edisi Millennium, Jombang: Lintas Media.

http://putrisaljyu.blogspot.com/19 januari 2008

http://putrisaljyu.blogspot.com/19 januari 2008

http://www. sragen smart regency/ February 17, 2010

http://www.frasercoastholidays.info/membership/membership/membership_home.cm

http://www.seco.org.uk/benefits_that%20_tourism_can_bring_to_society. Html. 1 januari 2010

http://www.spacefuture.com/home.shtml/4 juni 2010

http://www.sragen.go.id/ February 17, 2010

Iskandar, 2010, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial (Kualitatif Dan Kuantitatif), Jakarta: Gaung Persada Press.

Iskandar, 2010, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial (Kualitatif Dan Kuantitatif), Jakarta: Gaung Persada Press.

Karyono, Hari, 1997, Kepariwisataan, Jakarta: Gramedia.

Miskawaih, Ibn, 1934, Tahzib Al-Ahklaq Wa Tathhir Al-A’raq, Mesir: Al-Mathba’ah Al-Ishriyah.

Muhajir, H. Noeng, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Roke Sarasin.

Musanef, 1996, Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Jakarta: PT Toko Gunung Agung.

Nata, Abudin, 2008, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini, 1995, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Pers.

Pemerintah Kabupaten Sragen (Kantor Pariwisata Investasi Dan Promosi), Buku Panduan Wisata Pemandian Air Panas Bayanan.

Purchan, Arif, 1982, Pengantar Penelitian Dalam Pendidika, Surabaya: Usaha Nasional.

related:www.terranet.or.id/mitra/p2par/dokumen/masukan72.pdf. eksternalitas negatif dan lingkungan. Nuryanti, 1992.

Shaliba, Manil, 1978, Al-Mu’jam Al-Falsafi, Juz I, Mesir: Dar Al-Kitab Al-Mishri. Lihat Pula Ma’luf, Luis, Kamus Al-Munjid, Bairut: Al-Maktabah Al-Katulikiyah, t.t.; Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991.

Sudijono, Anas, 1997, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudijono, Anas, 2001, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana, 1995, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wirartha, I Made, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis, Yogyakarta: CV Andi Offset.

Wirawan Sarwono, Sarlito, 2003, Psikoligi Remaja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

www.jatengprov.go.id/. (Profil Daerah Sumber Daya Alam Pariwisata Sosial Budaya Investasi).

Yoeti, Oka A, 1985, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa.

Yoeti, Oka A, 1993, Komersialisasi Seni Budaya Dalam Pariwisata, Bandung: Angkasa.

Zuhri, Saifuddin, 2001, Metodologi Penelitian, PT. Unida Press